Bisnis.com, BALIKPAPAN – Kebijakan pemerintah yang melonggarkan pengetatan sosial di tengah pandemi Covid-19 bertujuan untuk memulihkan ekonomi. Akan tetapi itu tidak terlalu terasa di sektor perhotelan di Balikpapan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Sahmal Ruhip mengatakan bahwa sejak pelonggaran dimulai pada Juli lalu, okupansi hotel baru mencapai 20 persen.
“Ya masih merangkak. Penyebabnya ekonomi belum berjalan sebagaimana mestinya,” katanya saat dihubungi, Jumat (21/8/2020).
Baca Juga : New Normal, Tingkat Hunian Hotel Mulai Meningkat |
---|
Sahmal menjelaskan bahwa pada libur panjang juga belum mampu mendongkrak tingkat hunian. Akan tetapi ini masih lebih baik dibandingkan dengan saat hotel tidak boleh beroperasi.
Saat itu, katanya, pengunjung sangat sepi. Bahkan sampai ada hotel yang kosong.
Di sisi lain Sahmal mengingatkan agar anggota PHRI tetap menjalankan protokol kesehatan. Organisasinya telah menerbitkan prosedur operasional standar dalam melayani pelanggan.
Dia optimistis geliat industri penginapan akan kembali normal. Syaratnya adalah jumlah kasus Covid-19 turun dan muncul kepercayaan dari masyarakat untuk berlibur..
“Kalau bisa jumlah kasusnya berhenti,” jelasnya.
Direktur Operasional Platinum Hotel Balikpapan, Sugianto pun merasakan hal yang sama. Dia menuturkan bahwa pelonggaran Juni belum mengangkat okupansi. Menurutnya, pengunjung masih beradaptasi dengan kebijakan pemerintah.
“Kemarin long weekend tambah sepi, harusnya tambah ramai. Belum bisa mengangkat dengan aktivitas sosial dilonggarkan,” ucapnya.