Bisnis.com, BALIKPAPAN — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) bakal mendapat bagian dari kompensasi senilai US$$110 juta atau sekitar Rp1,5 triliun dari Bank Dunia.
Gubernur Kaltim Isran Noor menyatakan kompensasi tersebut berasal dari negara-negara donatur melalui Bank Dunia (World Bank) sebagai dukungan kepada Indonesia khususnya Kalimantan Timur dalam program penurunan emisi gas rumah kaca.
Baca Juga
"Ini ada dana US$110 juta, nantinya akan ada porsi-porsinya," ujarnya dikutip dari Humas Kaltim, Jum'at (22/1/2021).
Perhitungan kompensasi tersebut muncul setelah ditandatangani ERPA (Emissions Reduction Payment Agreement/Perjanjian Pembayaran Pengurangan Emisi) pada 27 November 2020 lalu, dalam program Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Carbon Fund di Benua Etam.
Program ini telah berjalan sejak 2016 hingga 2020 yaitu melakukan kegiatan tingkat lapangan, dan untuk periode 2021-2024 menjadi tahun implementasi kompensasi setelah penandatanganan pemerintah dengan Bank Dunia guna mendapatkan biaya (pembayaran) penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 22 juta ton atau senilai US$ 110 juta, atau setara Rp1,4 triliun.
Isran menjelaskan dana sebanyak itu akan dikelola sesuai porsi-porsi yang diberikan, seperti 65 persen penerima manfaat terdiri berbagai lembaga, institusi termasuk swasta dan LSM.
"Kemudian 10 persen untuk award [penghargaan], sedangkan 25 persen untuk operasional yang dikelola oleh pusat [BPDLH] dan daerah [pemerintah provinsi/kabupaten/kota]," jelasnya.
Kendati demikian, semua pihak yang terlibat didalam program FCPC Carbon Fund harus segera menyiapkan dokumen sebagai pelaporan perhitungan atas jumlah penurunan emisi sejak 2016 hingga 2020 sesuai target-target yang disepakati, antara Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia, yakni implementasi periode I (18 Juni 2019 - 31 Desember 2020) sebesar 5 juta ton CO2e.
Selanjutnya, untuk periode 2 yaitu 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2022 sebesar 8 juta ton CO2e. Lebih lanjut, periode 3 (1 Januari 2023 sampai dengan 31 Desember 2024) sebesar 9 juta ton CO2e.
"Mudah-mudahan setelah 5 tahun kedepan, kita juga akan meneruskan upaya ini," pungkasnya.