Bisnis.com, BALIKPAPAN — Bank Indonesia membeberkan solusi atas ketergantungan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terhadap komoditas batu bara.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Hendik Sudaryanto menyatakan ketergantungan Kaltim terhadap sektor pertambangan mengarahkan kinerja ekonomi Kaltim menjadi sangat rentan terhadap dinamika global di tengah ketidakpastian.
“Selain itu, permintaan batu bara ke depan akan semakin melandai seiring dengan adanya berbagai komitmen global dalam rangka shifting energy ke arah green economy,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (6/12/2022).
Untuk menjawab itu, kata Hendik, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan percepatan dan perluasan hilirisasi komoditas SDA mentah untuk menjadi lebih bernilai tambah.
“Sejalan dengan hal tersebut, BI Kaltim juga terus mendorong hilirisasi dan penciptaan proyek bernilai tambah tinggi melalui sinergi dengan Pemda serta pelaku usaha dalam wadah RIRU (Regional Investor Relation Unit),” katanya.
Dia menjelaskan, salah satu produk RIRU Kaltim adalah pembuatan Profiling Investasi Kalimantan Timur (PIKAT) yang bertujuan menjaring berbagai potensi ekonomi baru non-SDA mentah untuk selanjutnya dibawa ke ajang promosi skala Internasional.
Baca Juga
Menurut catatan Bisnis, Bank Indonesia mengumumkan telah mengantongi tiga buah proyek terbaru di Kaltim yang siap untuk ditawarkan kepada para investor domestik maupun mancanegara.
Ketiga proyek tersebut yaitu proyek pengembangan fasilitas bongkar muat pelabuhan penajam di Kawasan Industri Buluminung di Kabupaten Penajam Paser Utara, proyek pengembangan komoditi kakao sebagai produk unggulan di Kabupaten Berau dan proyek pembangunan pabrik karet remah (crumb rubber) di Kabupaten Kutai Barat.
Di sisi lain, guna mencari sumber perekonomian baru di Benua Etam, Bank Indonesia mendorong hilirisasi melalui advisory dan penguatan investasi serta mengembangkan potensi sektor pariwisata dan UMKM.
“Dalam rangka mendorong kinerja UMKM yang berdaya saing, BI Kaltim juga telah melaksanakan berbagai program melalui sinergi dengan beberapa pihak/instansi. Pengembangan UMKM pada setiap level mulai dari subsistent, maju, digital, hingga ekspo," terang Hendik.
Dia menuturkan bahwa secara khusus mendorong UMKM menembus pasar ekspor yang berkolaborasi aktif dengan Export Center Surabaya guna melaksanakan pelatihan dan pendampingan program ekspor Kaltimpreneurs 2022 yang sudah berhasil membina 132 UMKM dengan total transaksi mencapai Rp5,7 miliar.
Sebagai informasi, ekonomi Kaltim tercatat tumbuh sebesar 5,28 persen (yoy) dan capaian inflasi sebesar 5,69 persen (yoy) pada kuartal III/2022.