Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Potensi Batu Sandungan Ekonomi Kaltim Tahun 2024

Penjabat (Pj.) Gubernur Kaltim Akmal Malik mengatakan fluktuasi harga komoditas merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perekonomian Kaltim.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) membeberkan berbagai persoalan yang menghambat laju perekonomian Kaltim di tahun 2024.

Persoalan-persoalan tersebut meliputi fluktuasi harga komoditas, dampak lingkungan, infrastruktur yang kurang, ketergantungan pada sektor tertentu, masalah ketenagakerjaan, keterbatasan kapasitas sumber daya manusia, rendahnya akses ke pendidikan dan kesehatan, serta masalah sosial.

Penjabat (Pj.) Gubernur Kaltim Akmal Malik mengatakan fluktuasi harga komoditas merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perekonomian Kaltim.

Sebagai provinsi yang sangat tergantung pada sektor tambang dan energi, terutama batu bara, minyak, dan gas alam, Kaltim sangat rentan terhadap perubahan harga komoditas global.

“Fluktuasi harga komoditas ini dapat berdampak besar pada perekonomian daerah. Turunnya harga komoditas dapat mengurangi pendapatan daerah dan menghambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (15/12/2023).

Oleh karena itu, diversifikasi ekonomi menjadi penting untuk mengurangi risiko ini. Dampak lingkungan juga menjadi persoalan yang tidak bisa diabaikan.

Akmal menegaskan eksploitasi sumber daya alam di Kaltim, terutama pertambangan batu bara, dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan.

“Selain itu, dampak lingkungan juga dapat berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” terangnya.

Di sisi lain, regulasi lingkungan yang ketat dan tuntutan untuk melindungi lingkungan dapat menghambat pertumbuhan sektor pertambangan ini.

Kemudian, infrastruktur yang kurang juga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi Kaltim. Meskipun banyak proyek infrastruktur telah dilakukan di Kaltim, masih ada kebutuhan untuk meningkatkan infrastruktur, terutama dalam hal transportasi, listrik, dan air bersih.

Akmal menyebutkan, infrastruktur yang kurang memadai dapat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Sehingga, pembangunan dan perbaikan infrastruktur ini dapat menarik investasi dan memperlancar kegiatan bisnis.

Selain itu, masalah ketenagakerjaan juga menjadi tantangan yang dihadapi Kaltim. Pertumbuhan sektor energi dan pertambangan cenderung tidak menciptakan banyak lapangan kerja lokal yang berkelanjutan.

Selain itu, keterbatasan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang manajemen, teknologi, dan pendidikan dapat menjadi penghambat.

Untuk mengatasi masalah ini, investasi dalam pendidikan dan pelatihan karyawan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan keterampilan tenaga kerja.

Rendahnya akses ke pendidikan dan kesehatan juga menjadi persoalan yang menghambat perkembangan manusia dan produktivitas tenaga kerja di Kaltim.

Masalah sosial juga menjadi penghambat bagi laju pertumbuhan perekonomian Kaltim. Upaya untuk mengatasi masalah sosial ini dapat menciptakan stabilitas dan harmoni sosial, yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut, diperlukan upaya yang serius dalam diversifikasi ekonomi, pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, perbaikan infrastruktur, peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta penguatan ekonomi biru dan ekonomi hijau.

Pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan sektor swasta dapat bekerja sama untuk mengatasi kendala ini dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan di Kaltim.

Salah satu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah adalah pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) di beberapa lokasi strategis di Kaltim.

KEK merupakan kawasan yang memiliki fasilitas dan insentif khusus untuk menarik investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Membentuk kawasan ekonomi khusus di wilayah Kaltim dapat membantu menarik investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menawarkan insentif pajak, infrastruktur yang baik, dan peraturan yang ramah bisnis,” ungkap Akmal.

KEK di Kaltim diharapkan dapat menjadi motor penggerak diversifikasi ekonomi dan pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian, perikanan, pariwisata, manufaktur, dan jasa.

Beberapa sektor lain, seperti promosi pariwisata, penguatan ekonomi biru, ekonomi hijau dan pengembangan energi baru terbarukan juga tidak luput dari perhatian Pemprov Kaltim.

Adapun, Akmal terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper