Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Era pertambangan batu bara yang menjadi simbol kekayaan di Kalimantan Timur dinilai telah memasuki babak akhir.
Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman Hairul menyatakan kondisi dimana harga minyak yang meroket dan batu bara yang jatuh menandakan bahwa harga batu bara tidak lagi mengikuti tren minyak seperti biasanya.
“Bulan madu Kaltim (dengan batu bara) terlihat akan berakhir,” ujarnya melalui sambungan telepon, Kamis (13/6/2024).
Selama pandemi, kata Hairul, pertumbuhan ekonomi sempat merosot, meski kemudian meroket akhir 2023.
Kendati demikian, dia mengungkapkan bahwa industri Benua Etam masih belum membaik meskipun pendapatan tinggi karena sektor energi dan sawit, mengingat banyak sektor industri yang tutup.
“Ekonomi kita terlihat bagus, tetapi pondasinya tidak kuat,” ungkapnya.
Baca Juga
Faktor eksternal seperti penurunan permintaan energi global dan kondisi perekonomian internasional yang tidak baik telah berdampak pada pendapatan pemerintah dan daerah penghasil batu bara.
“Sejak 2020, batu bara seharusnya sudah jatuh tetapi harga tetap tinggi karena faktor eksternal seperti El Nino,” tuturnya.
Sementara itu, dia menjelaskan pemerintah dihadapkan pada kondisi konsumsi masyarakat sedang menurun, dan biaya transportasi serta kuliah tinggi.
Hal ini diperburuk dengan ketergantungan yang masif kepada industri ekstraktif.
“Bisnis modern seperti industri chip tidak berkembang di sini, sehingga investor lebih memilih negara lain seperti Vietnam dan Malaysia,” jelasnya.
Hairul menekankan pentingnya transformasi ekonomi yang sangat diperlukan karena batubara adalah komoditas non-renewable dengan volatilitas harga yang tinggi. “Sehingga transformasi ekonomi menjadi keniscayaan,” terangnya.
Menurutnya, saat ini sudah terlambat untuk memulai transformasi ekonomi, sehingga perlu adanya akselerasi yang terukur.
“Transformasi ini harus dipercepat, seperti yang ingin dilakukan oleh Presiden Jokowi. Beliau berusaha menumbuhkan ekosistem industri dalam negeri sehingga nilai tambahnya masuk," katanya.
Adapun, dia menuturkan transformasi ini melibatkan perubahan dari bahan baku mentah menjadi produk jadi, yang merupakan salah satu aspek transformasi industri dan tentunya harus didukung oleh sektor pertanian dan pangan yang kuat.
“Transformasi ini bukan hanya tentang teknologi baru atau inovasi, tetapi juga tentang membangun basis ekonomi yang lebih kuat dan inklusif,” pungkasnya.