Bisnis.com, BALIKPAPAN – Pemerintah Kota Balikpapan secara bertahap terus berupaya menanggulangi masalah banjir yang sering melanda, khususnya wilayah timur dan utara.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Balikpapan, Zulkipli menyatakan banjir besar di Balikpapan memiliki siklus 10 tahunan, dimana terakhir terjadi pada tahun 2022 setelah sebelumnya terjadi pada tahun 2002 dan 2012.
"Banjir pada tahun 2002 bahkan merendam Pasar Sepinggan yang menyebabkan kerugian besar bagi para pedagang," ujarnya baru baru ini.
Data yang dihimpun oleh Pemkot Balikpapan, menunjukkan bahwa Kota Balikpapan memiliki 8 daerah aliran sungai (DAS), yang sering meluap saat hujan deras, menyebabkan banjir di daerah sekitarnya. Di antara DAS tersebut, DAS Ampal tercatat sebagai yang paling sering menyebabkan banjir.
Pemerintah Kota juga telah mengidentifikasi 88 titik banjir di Balikpapan. Dari data empiris, Zulkipli menyebutkan terdapat penurunan jumlah titik banjir dari waktu ke waktu.
"Pada tahun 2021, ada 79 titik banjir, turun menjadi 60 pada tahun 2022, dan 57 pada tahun 2023. Tahun 2024 ini, jumlahnya menurun lagi menjadi 38 titik," sebutnya.
Baca Juga
Kendati demikian, Zulkipli menjelaskan perlu mengalokasikan anggaran besar, terutama untuk memperbaiki infrastruktur pengendalian banjir seperti drainase dan bendali. Untuk DAS Ampal saja, dibutuhkan anggaran sekitar Rp1,6 triliun.
Kemudian, telah dilakukan pengerjaan di beberapa titik banjir, seperti Global Sport, Perumahan Wika, dan Jalan MT Haryono dengan anggaran Rp135 miliar yang mencakup 9% dari total rencana untuk tahun anggaran 2023/2024.
Salah satu langkah besar yang diambil pemerintah adalah mengembangkan Masterplan Drainase yang dimulai sejak 2005, dan telah direvisi pada 2013 dan 2022 untuk menyesuaikan dengan perkembangan terbaru.
Selain itu, pembangunan drainase di wilayah utara dan timur kota terus dilakukan, termasuk di RT 34 Kelurahan Karang Joang dan Drainase Jalan Ruhui Rahayu.
Zulkipli memaparkan kebijakan lain yang juga diimplementasikan adalah mempertahankan dan menambah tampungan air dengan revitalisasi bendali di beberapa lokasi, seperti Telagasari dan Blok I.
Dia menuturkan pihaknya juga meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi untuk normalisasi bendali dan pembangunan drainase.
“Dukungan masyarakat sangat penting. Program seperti Padat Karya, Gerakan Bersih Saluran (Gaban), dan Karya Bhakti TNI dilakukan untuk memaksimalkan fungsi drainase,” pungkasnya.