Bisnis.com, BALIKPAPAN – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan informasi terkini kondisi perbankan di Kalimantan Timur (Kaltim) per Oktober 2024.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan Kaltim mencapai Rp171,26 triliun. Kepala OJK Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Parjiman menyatakan kontribusi terbesar berasal dari tabungan dan giro, yang menyumbang 42,81% dari total DPK.
Sementara itu, total aset perbankan di Provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp189,85 triliun hingga Oktober 2024.
Dia menambahkan, capaian ini naik sebesar 6,04% dibandingkan tahun sebelumnya yang menjadi indikasi bahwa kinerja perbankan di Benua Etam terus meningkat.
“Penyaluran kredit juga menunjukkan tren positif, dengan total kredit mencapai Rp93,42 triliun, meningkat 7,28% berdasarkan lokasi bank,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2024).
Pria yang akrab disapa Jimmy ini menyebutkan, sektor konsumtif menjadi fokus utama dalam penyaluran kredit, dengan pinjaman multiguna menyumbang 23,27% dari total kredit lokasi bank yaitu mencapai Rp19,43 triliun.
Kemudian, sektor perdagangan dan pertanian juga berkontribusi signifikan, masing-masing sebesar Rp13,57 triliun dan Rp12,90 triliun.
Namun, jika dilihat dari lokasi proyek, sektor pertambangan dan penggalian masih mendominasi, dengan kontribusi sebesar 21,26% atau Rp39,10 triliun.
“Kemudian disusul oleh sektor pertanian perburuan dan kehutanan sebesar Rp34,97 triliun, serta sektor konsumtif terutama untuk pinjaman multiguna sebesar Rp20,75 triliun,” terangnya.
Meskipun terdapat peningkatan dalam penyaluran kredit, rasio nonperforming loan (NPL) menunjukkan bahwa kredit investasi memiliki risiko terendah, yaitu sebesar Rp0,19 triliun atau 0,68% dari total kredit investasi berdasarkan lokasi bank.
Adapun, dia menuturkan NPL untuk kredit konsumtif meskipun lebih tinggi, kontribusinya terhadap total NPL secara keseluruhan tetap tidak signifikan.
“Walaupun NPL kredit konsumtif tergolong tinggi dibanding jenis penggunaan lainnya, namun porsi nominal kredit konsumtif tergolong jauh lebih rendah dibanding kredit investasi dan modal kerja, sehingga kontribusi terhadap NPL secara keseluruhan cenderung lebih tidak signifikan,” pungkasnya.