Bisnis.com, BALIKPAPAN – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sukses mempertahankan posisi ke-8 nasional pada East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2025.
Pencapaian ini sekaligus menempatkan provinsi penghasil batubara tersebut sebagai yang terdepan di kawasan Kalimantan dengan skor mencapai 47,9 poin.
Tidak tanggung-tanggung, Kaltim juga mampu menempatkan 3 kotanya dalam jajaran 50 besar nasional.
Samarinda sebagai ibu kota Provinsi Kaltim memimpin dengan menempati peringkat 14 nasional (skor 49,3), disusul Balikpapan di posisi 15 (skor 48,0), dan Bontang yang cukup kompetitif di peringkat 47 dengan skor 42,6.
Daftar ini terbaru ini menandai babak baru dalam transformasi digital Indonesia. Sebagaimana dilansir dari laporan EV-DCI 2025, indeks daya saing digital nasional mengalami peningkatan konsisten dengan skor 38,8, atau naik dari 38,1 (2024), 37,8 (2023), dan 35,2 (2022).
Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, menyatakan tujuan pihaknya tetap sama sejak laporan ini pertama diinisiasi lima tahun lalu, yaitu menyajikan wawasan dan analisis mendalam mengenai dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh nusantara.
Baca Juga
"Serta mendorong pemerataan peluang ekonomi digital yang inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (27/5/2025).
Willson optimistis capaian ini bisa menjadi berkah tersendiri bagi perkembangan daerah tertinggal.
"Hal yang menggembirakan adalah sejumlah provinsi dari wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) kini menunjukkan tren peningkatan yang menjanjikan," kata dia.
Kendati demikian, dominasi pulau Jawa dalam kompetisi digital masih sangat kental.
Sepuluh provinsi teratas masih dikuasai daerah-daerah di Jawa, posisi DKI Jakarta dan Jawa Barat tak tergoyahkan sebagai yang teratas dalam 5 tahun berturut-turut.
Urutan lengkap 10 provinsi teratas yakni DKI Jakarta (peringkat 1), Jawa Barat (2), Banten (3), Jawa Timur (4), DI Yogyakarta (5), Bali (6), Kepulauan Riau (7), Kalimantan Timur (8), Jawa Tengah (9), dan Sumatera Utara (10).
Sorotan khusus tertuju pada Papua yang mencetak lompatan jauh. Provinsi paling timur Indonesia ini naik 14 peringkat dari posisi 34 ke 20, didorong oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 7,8% pada 2024 yang jauh melampaui rata-rata nasional yakni 5,0%.
Jika dirinci, terdapat indikasi positif bahwa kesenjangan digital antarprovinsi mulai mengecil.
Willson menyebutkan selisih skor antara provinsi tertinggi (DKI Jakarta dengan 78,4) dan terendah (Papua Pegunungan dengan 21,6) mencapai 56,9 poin, atau lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 60,4 poin.
Lebih jauh, rata-rata peningkatan skor pada kelompok provinsi peringkat 11-38 justru lebih tinggi ketimbang kelompok peringkat 1-10.
Fenomena ini mengisyaratkan bahwa daerah-daerah yang sebelumnya tertinggal mulai mengejar ketertinggalan dari provinsi-provinsi unggulan.
Dia menyebutkan, EV-DCI 2025 menggunakan metodologi yang komprehensif dalam mengukur daya saing digital 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia.
Indeks ini terdiri dari 3 sub-indeks utama, yaitu Input, Output, dan Penunjang yang masing-masing tersusun atas 3 pilar sehingga menghasilkan sembilan pilar fundamental.
Kesembilan pilar tersebut diwakili oleh 50 indikator spesifik, dengan setiap pilar terdiri dari 3 hingga 9 indikator yang terukur.
Adapun, dia menuturkan peningkatan paling signifikan tahun ini terlihat pada meningkatnya persentase pekerja yang menggunakan internet dan perluasan jangkauan jaringan 3G dan 4G di desa-desa, sehingga infrastruktur digital tampak merata hingga ke pelosok nusantara.
"Laporan ini menandai komitmen berkelanjutan East Ventures dalam mendorong inklusivitas ekonomi digital Indonesia, sekaligus menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam merumuskan strategi pembangunan digital yang lebih merata dan berkelanjutan," pungkasnya.
Sebagai informasi, memasuki edisi keenam sejak debut perdananya pada 2020, EV-DCI terus menjadi barometer penting dalam memetakan lanskap digital Indonesia.