Bisnis.com, PONTIANAK – Para kepala daerah di Kalimantan Barat diminta menambah luasan sawah cetak dari lahan non produktif menjadi produktif untuk meningkatkan produksi padi di daerah itu.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat M. Zeet Hamdy Assovie mengatakan, daerah yang surplus produksi beras lokal di Kalbar baru empat dari 13 kabupaten dan kota di provinsi itu. Yakni Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Landak dan Kabupaten Mempawah.
“Daerah-daerah lain masih mengandalkan sawah tadah hujan untuk kebutuhan masyarakatnya. Jadi menanam padi sesuai musiman, risikonya kalau musim kemarau menanam berpindah-pindah, jadi tidak teratur jadwal panennya. Para bupati harus fokus mencetak sawah,” kata M. Zeet kepada Bisnis, Selasa (12/1/2016).
Seperti Kabupaten Kapuas Hulu, dalam setahun kekurangan produksi padi sebanyak 11.000 ton per tahun disebabkan produksi padi lokal bersumber dari sawah berladang.
Dampaknya, Kalbar kesulitan dalam mendata kebutuhan padi untuk setiap daerah, luasan sawah dan data sarana pendukung lainnya untuk produksi padi dari sawah cetak.
“Kalau ada sawah cetak itu kan membuat sistem irigasi lebih teratur. Kalau tidak ada sawah cetak maka kami tidak bisa memiliki data yang pasti. Beras pun didatangkan dari luar Kalbar,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik Kalbar menunjukkan produksi padi di provinsi ini masih didominasi oleh produksi padi sawah sebesar 87,27% dan padi ladang sebesar 12,73% pada 2014.
Adapun produksi padi sawah pada 2014 sebesar 1,24 juta ton pada 2013 atau turun sebesar 3,88% menjadi 1,19 juta ton pada 2014 dengan luas panen dari 360.940 hektare pada 2013 atau menjadi 356.843 ha atau turun menjadi 1,13% pada 2014.
Sementara, padi ladang sebesar 95.399 ha atau turun 8,25% dibandingkan dengan 2013.
Kecilnya lahan padi ladang dibandingkan dengan luas tanam padi sawah menyebabkan produksi padi ladang sebanyak 195.492 ton menjadi 174.710 ton atau sebesar 10,63%.