Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eks Gafatar, Menata Hidup di Tanah Mempawah

Tidak ada, menurutnya, pemaksaan bagi anggota Gafatar untuk ikut satu ajaran tertentu, termasuk ke dirinya.
Penampungan eks anggota Gafatar di Mempawah./JIBI - Yanuarius Viodeogo
Penampungan eks anggota Gafatar di Mempawah./JIBI - Yanuarius Viodeogo
Udara dingin, bersama hujan deras mengguyur sejak siang hari, membuat tenggorokkan Supardi menjadi serak. Wanita berusia 45 tahun ini, baru saja diperiksa dan dibekali obat oleh petugas medis di posko kesehatan.
 
“Kalau udara dingin berhari-hari, leher saya agak sakit. Suara serak, tapi tidak apa-apa, semoga sembut ada obat ini,” kata Supardi kepada Bisnis, Rabu (20/1) malam.
 
Supardi adalah satu di antara gelombang pertama dari 1.141 jiwa yang terpaksa menginap di Markas Perbekalan dan Angkutan Kodam (Bekangdam) XII Tanjungpura, Kubu Raya, Kalimantan Barat.
 
Tinggi Supardi berkisar 152 centimer, rambut hitamnya diikat. Sudah dua malam dia berada di markas Tentara Nasional Indonesia (TNI) tersebut ikut bersama rombongan warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dibawa dari lokasi Moton Panjang, Kabupaten Mempawah.
 
“Rumah saya di sebelah hilir, Kampung Pasir, Desa Antibar, sekitar 1,5 jam dari lokasi pemukiman yang dibakar. Tiba-tiba siang itu, sudah ramai dan sorenya kami diminta meninggalkan rumah. Kami ini korban, tidak tahu apa-apa,” kata Supardi.
 
Sehari-hari, Supardi adalah juru masak di pemukiman atau barak tempat eks Gafatar tinggal yang dibakar massa pada Selasa, (19/1). Aktivitas lainnya, bercocok tanam sayur dan membuat penampungan air gambut menjadi air bersih.
 
Sudah 4 bulan, dia tinggal di kampung tersebut. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, Supardi menguras tabungan, menjual lahan dan hasil panen padi yang ada di Yogyakarta. Uang tabungannya sebagian untuk membeli beberapa petak tanah di Mempawah secara patungan.
 
“Kami enggan kembali ke Jawa. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi di sana. Harta kami, rumah dan tanah di Mempawah. Kami hidup baik-baik kok dengan warga sekitar di kampung, membantu warga datang dari mana saja minta air bersih bawa galon. Kami saling menyapa di sini,” tuturnya.
 
Sebagai informasi, ada rencana dari Pemprov Kalbar untuk memulangkan warga eks Gafatar ke Jawa Tengah dengan menggunakan 2 kapal KRI dari Angkatan Laut pada Sabtu, (23/1) mendatang.
 
Keengganan pulang juga diutarakan oleh warga yang saya temui bernama Wiwik. Dia mengaku hidupnya lebih baik di Mempawah dan tidak ingin kembali ke Yogyakarta. Dia yakin masih bisa menata kehidupan dan berbaur secara harmonis dengan masyarakat di Mempawah seperti masyarakat lainnya.
 
“Kami terbuka, ada yang tanya kepada saya pasti saya jawab. Saya sendiri jarang ikut perkumpulan Gafatar. Saya lebih sering menanam sayur,” ucap dia.
 
Gafatar yang dipahaminya, adalah organisasi massa (ormas) yang siapa saja dari latar belakang agama dan suku boleh masuk di organisasi itu. Tidak ada, menurutnya, pemaksaan bagi anggota Gafatar untuk ikut satu ajaran tertentu, termasuk ke dirinya.
 
Wiwik dan Supardi mau menjawab pertanyaan dari sekian pengungsi yang saya temui. Ada sejumlah warga yang menolak untuk berbicara. Berita yang simpang siur di media massa membuat mereka trauma.
 
Ada yang mengatakan, pada malam itu di pengungsian, jangan membuat panas suasana dengan pemberitaan.
 
Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalbar M. Junadi menjamin 309 kepala keluarga yang terdiri dari 1.141 jiwa itu  dalam keadaan aman selama di Bekangdam sambil menunggu waktu pemulangan mereka ke Jateng.
 
Junaidi berkomitmen menyiapkan makanan 3 kali sehari, selama warga eks Gafatar berada di pengungsian sementara. Selain itu, menyediakan pula selimut, kebutuhan perempuan, balita, makanan ringan supaya warga merasa nyaman.
 
“Waktu gelombang pertama di pengungsian itu berjumlah 749, tiba-tiba saja bertambah dalam waktu cepat hingga 1.141. Kami cari rumah makan untuk menyiapkan makanan dalam jumlah banyak dan terpenuhi,” kata Junaidi.
 
Dia memastikan pelayanan kepada warga eks Gafatar ditambah lagi 279 rombongan pengungsi baru yang datang, pada Rabu (20/1) malam, bakal terpenuhi. Rombongan pengungsi baru dari Desa Arang Limbung, Kubu Raya itu ditempatkan berpisah dengan rombongan pertama yakni di Kompi B Batalyon 643 Adisucipto, Kubu Raya.
 
Pihaknya, lanjut Junaidi, mengerahkan posko kesehatan gabungan terdiri dari petugas Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Sosial hingga dapur umum di dua lokasi pengungsian itu.
 
Kepala Penerangan Kodam XII/Tanjungpura Kalbar Kol. Inf. Mukhlis mengatakan, Pemprov Kalbar dan Pemprov Jateng telah melakukan koordinasi untuk memulangkan warga eks Gafatar dengan tujuan Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang.
 
Mukhlis menjamin, ada makanan yang disediakan untuk warga selama di dalam kapal hingga sampai di tujuan. Tidak ada pengamanan khusus, kata dia, dalam mengantar penumpang hingga warga kembali ke kampung masing-masing di Jawa.
 
“Bagi yang menolak pulang, kami terus akan memberikan pengertian supaya mereka mau kembali ke kampung asal.” Dia meyakini mereka akan diterima dengan tangan terbuka.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Yoseph Pencawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper