Bisnis.com, SAMARINDA--Provinsi Kalimantan Timur pada April 2017 mengalami inflasi 0,13%, atau terjadi penurunan ketimbang bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,15%.
“Inflasi Kaltim yang sebesar 0,13 % ini masih lebih tinggi ketimbang inflasi secara nasional yang sebesar 0,09 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Muhammad Habibullah di Samarinda, Selasa (2/5/2017).
Berdasarkan dua kota di Kaltim yang telah ditetapkan sebagai patokan Indeks Harga Konsumen (IHK) yakni Balikpapan dan Samarinda, maka penyumbang inflasi terbesar terjadi di Samarinda.
Hal ini terjadi karena inflasi yang terjadi di samarinda pada April mencapai 0,29%, sedangkan perubahan harga yang terjadi di Balikpapan justru mengalami deflasi (penurunan harga), yakni hingga minus 0,08%.
"Dengan adanya inflasi di Kaltim pada April yang sebesar 0,13%, maka laju inflasi tahun kalender (q to q) sebesar 1,28% dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 4,38%," ujar M Habibullah.
Kelompok pengeluaran yang paling dominan dalam andil inflasi di Samarinda adalah tarif listrik, ikan layang, daging ayam ras, nasi dengan lauk, dan sayur. Sedangkan, andil deflasi disebabkan oleh bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, kangkung dan gula pasir.
Baca Juga
“Di Kota Balikpapan, dominan inflasi dipengaruhi oleh tarif listrik, pulsa ponsel, tomat sayur, ikan layang, daging ayam ras. Sedangkan andil deflasi akibat penurunan harga pada cabai rawit, gula pasir, ikan tongkol, kacang panjang, dan ikan kembung,” kata Habibullah.
Menurutnya, dalam beberapa bulan terakhir perubahan harga di Kaltim berfluktuatif, misalnya pada Desember 2016 berinflasi 1,04%, Januari 2017 angkanya tetap 1,04%, Februari berdeflasi 0,04%, Maret berinflasi 0,15%, dan pada April berinflasi 0,13%.