Bisnis.com, TARAKAN – Sejak Juli 2017 hingga November 2017, Tarakan mengalami deflasi secara berturut-turut. Terakhir, per November 2017, Tarakan mengalami daflasi 0,18 %.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Hendik Sudaryanto mengatakan, secara tahunan inflasi yang dialami Tarakan relatif rendah, sebesar 2,3 %.
“Untuk year to date (ytd) Tarakan terhitung Januari sampai November 1,88 %,” ujar Hendik saat ditemui Bisnis di sela-sela jam kerjanya, Selasa (5/12/2017).
Desember 2017, lanjut Hendik, mengikuti historis data sebelumnya pihaknya memperkirakan, terjadi inflasi tidak akan melebihi dari 1 %. Faktor utama diperkirakan penyebab penyumbang inflasi di Desember ialah transportasi udara.
“Karena, ada dua hari besar yang ada di bulan Desember, Natal dan Tahun Baru. Coba lihat harga tiket, sudah agak naik,” katanya.
Sementara, penyumbang dari bahan pokok sembako, diprediksi tidak akan menyumbang banyak pada inflasi Desember. Sebab, bakal ada pengawasan yang dilakukan dari Satgas Pangan memantau harga sembako.
“Jadi, kemungkinan tekanan di harga pangan relatif kecil. Kalau pun ada inflasi, tidak akan tinggi, karena ada pihak-pihak yang akan mengendalikannya,” ungkap Hendik.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengendalian inflasi Desember, yakni dengan mengadakan operasi pasar dan subsidi ongkos angkut oleh pemerintah. Jadi, katanya, faktor yang patut diwaspadai Desember ini adalah transportasi udara.
“Kami perkirakan, tahun 2017 inflasi Tarakan di bawah 4 %. Tapi tidak menutup kemungkinan, akan berada di bawah kisaran 3 %. Karena, sekarang saja masih 1,88 %,” ujar Hendik.
“Kalau tahun 2016 inflasi Tarakan 4,3 %. Malah, tahun 2015 inlasi Tarakan 11 %, karena ada kenaikan bahan bakar minyak waktu itu. Insya Allah, 2017 ini inflasi akan berada di bawah 3 %.”
Menurutnya, semua karena adanya koordinasi yang baik benar-bendar komitmen dari pihak-pihak terkait dalam mengendalikan inflasi di Kaltara khususnya di Tarakan.
“Biasanya yang kami khawatirkan itu inflasi pangan, ternyata tidak. Malah kecil. November ini saja tren pangan meningkat tapi tetap deflasi. Jadi masih rendah,” cetusnya.
Deflasi yang terjadi 5 bulan terakhir di Tarakan tidak menunjukkan daya beli masyarakat cenderung menurun. Sebab, menurut data indeks survei konsumen (sk) masih di atas 100.
“Ini menunjukkan optimisme daya beli masyarakat masih tinggi,” tuntas Hendik.