Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian menyatakan pembangunan kawasan industri di Kalimantan Utara memasuki fase kajian integratif dan persiapan.
Direktur Pengembangan Wilayah Industri II Kementerian Perindustrian Busharmaidi mengatakan kajian integratif ini guna memaksimalkan pemanfaatan pelabuhan, kawasan industri dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dari Sungai Kayan.
"Pada tahap awal didorong untuk industri yang lahap energi sebagai pengguna energi dari PLTA yg potensinya sangat besar. Satu Sungai Kayan saja berpotensi membangkitkan energi 9.000 KWH," katanya hari ini Rabu (17/1/2018).
Dia menjelaskan kajian ini menjadi kunci utama dan sangat penting untuk melihat kelayakan kawasan industri berikut integrasi bisnisnya. Pemerintah juga tengah merampungkan penetapan tata ruang di lokasi sebagai kawasan peruntukan industri (KPI)
"Secara paralel juga sudah dilakukan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan Kota Tanjung Selor dengan lokasi Kawasan Industri di Tanah kuning," katanya.
Sebelumnya pemerintah optimis dapat menarik investasi ke kawasan industri. Beberapa calon investor seperti China Bridge & Road Corporation dan China Harbour Corporation. Tsingshan Holding Group, perusahaan China yang juga membangun kawasan industri di Morowali, Sulawesi Tengah disebut berminat menanamkan modal.
Gubernur Kalimantan Utara, Irianto LambrieIrianto mengatakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara juga sudah menyiakan lahan seluas 25.000 hektare untuk kawasan industri. Industri pemurnian mineral atau smelter, batubara, dan olechemical bekal menjadi sektor industri utama di kawasan tersebut.
Untuk diketahui, Kalimantan Utara bersama Sumatra Utara dan Sulawesi Utara menjadi tiga provinsi yang ditawarkan Indonesia kepada para investor China dalam tindak lanjut KTT One Belt One Road (OBOR) pertengahan Mei 2017 lalu. Nilai proyek yang ditawarkan pemerintah untuk tiga provinsi itu mencapai US$206,1 miliar dengan porsi Kalimantan Utara sebesar US$45,98 miliar.