Bisnis.com, BANJARMASIN -- Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan mencatat Banjarmasin kembali mengalami deflasi sebesar 0,12% pada Juli 2018.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan (Kalsel) Diah Utami mengatakan deflasi terjadi karena adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 133,31 pada Juni 2018 menjadi 133,15 pada Juli 2018.
"Adapun komoditas yang menjadi andil terjadinya deflasi adalah angkutan udara, bawang merah, ikan gabus, ikan papuyu, dan biskuit. Sementara itu, komoditas yang menahan tingginya deflasi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, pulsa ponsel, bensin, dan ayam goreng," jelasnya, Rabu (1/8/2018).
Selain itu, deflasi disebabkan turunnya IHK pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 5,68%.
Sementara itu, kelompok yang berkontribusi terhadap inflasi adalah bahan makanan yang menyumbang 2,27%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,74%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,48%; kelompok sandang 0,37%; kelompok kesehatan 0,52%; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,17%.
"Jika dihitung dari 82 kota di Indonesia, ada 68 kota mengalami inflasi dan 14 yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di kota Sorong sebesar 1,47% dan inflasi terendah terjadi di Surabaya dengan 0,03%. Deflasi tertinggi di Ambon sebesar 1,455 dan terendah di Palembang 0,01%," lanjut Diah.
Sebelumnya, pengusaha jasa tiket penerbangan di Banjarmasin mengakui tingginya harga tiket pesawat dari Surabaya ke Banjarmasin.
Pemilik RB Travel RB Damaris mengungkapkan penerbangan jenis pesawat Lion Air dan Citilink sempat dibanderol antara Rp1,2 juta-Rp1,5 juta pada tiga pekan lalu. Adapun penerbangan menggunakan Garuda Indonesia dijual di kisaran Rp2 juta-Rp2,5 juta.
"Sekarang memang sudah turun, untuk jenis pesawat Lion Air dan Citilink dijual hanya Rp700.000-Rp800.000, sedangkan untuk Garuda sudah dijual Rp1,2 juta-Rp1,5 juta. Kenaikan harga tiket penerbangan tidak lepas dari fenomena libur panjang," jelasnya.