Bisnis.com, BALIKPAPAN – Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur menyebut daging ayam ras masih menyumbang inflasi terbesar di Kaltim pada Januari 2019.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Nur menyatakan inflasi di Kalimantan Timur yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur sebesar 0,56% pada Januari 2019 memang disebabkan oleh kenaikan harga pangan. Adapun kontribusi kenaikan berasal dari daging ayam ras.
“Masih daging ayam penyebab inflasinya,” jelas Muhammad Nur kepada Bisnis, Rabu (6/2/2019).
Dia menyatakan, kondisi ini juga dipicu oleh tingginya harga pakan dalam hal ini jagung untuk makanan ayam sehingga memberi imbas pada tingginya Harga Pokok Penjualan (HPP) daging ayam ras. Selain daging ayam ras, ikan layang juga mengalami inflasi.
Muhammad Nur menyebut pencapaian inflasi tahun ini sudah sesuai dengan prediksi dari Bank Indonesia Provinsi Kaltim.
Bank Indonesia memang sudah memperkirakan inflasi Kaltim tetap terjaga pada rentang 3,5±1% dengan tekanan inflasi masih bersumber dari kelompok bahan makanan dan angkutan udara. Sebagai infomasi, inflasi Kaltim pada 2018 tercatat sebesar 3,24% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar 3,14% (-yo-y).
Baca Juga
“Pencapaian yang 0,56% ini sudah sesuai dengan pemerintah dan target BI,” paparnya.
Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) inflasi tahun kalender Januari 2019 sebesar 0,56% dan inflasi tahun ke tahun sebesar 3,48%. BPS menyatakan bahwa inflasi di Kalimantan Timur dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 2,87%.
Diikuti oleh kelompok sandang sebesar 0,82%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,22%, kemudian kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,18%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,13%, dan kelompok kesehatan sebesar 0,06%. Sementara itu untuk kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi sebesar -0,79%.
Ada 6 kelompok yang menurut BPS Kaltim memberikan andil positif pada inflasi Januari 2019. Adapun 6 kelompok yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,555%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,058%, kelompok sandang dengan andil sebesar 0,045%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,026%, kemudian kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,012%, dan kelompok kesehatan sebesar 0,003%. Untuk kelompok transportasi dan komunikasi memiliki andil negatif sebesar -0,143%.
Jika dirinci menurut kota, pada Januari 2019, Kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,60% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 138,85. Sementara Kota Balikpapan mengalami inflasi 0,50% dengan IHK 139,72.
Pada Januari 2019 inflasi tahun kalender Kota Samarinda sebesar 0,60% dan inflasi tahun ke tahun Kota Samarinda sebesar 3,50%. Sedangkan inflasi tahun kalender Kota Balikpapan yaitu sebesar 0,50% dan inflasi tahun ke tahun Kota Balikpapan pada Januari 2019 sebesar 3,45%.
Sementara itu kondisi kota-kota lain yang berada di Pulau Kalimantan di luar Kota Samarinda dan Balikpapan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singkawang sebesar 1,19 persen, Kota Tarakan yaitu sebesar 0,96% diikuti Kota Banjarmasin sebesar 0,82%, Kota Tanjung dengan inflasi sebesar 0,75%, Kota Pontianak sebesar 0,55%, Kota Palangka Raya sebesar 0,56%, dan Kota Sampit sebesar 0,34%.
Asal tahu saja, sepanjang 2018 Provinsi Kaltim tercatat mengalami inflasi 3,2%. Inflasi ini lebih rendah dibandingkan 2-18 dengan proyeksi sekitar 3,5%.
Inflasi yang semakin rendah akan semakin bagus untuk masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah menjanjikan pengendalian inflasi dan stabilitas harga melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).