Bisnis.com, SAMARINDA -- Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur menganalisis penyebab deflasi di Kalimantan Timur pada Maret 2019 karena panen jagung dan angkutan udara.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur Muhamad Nur menyatakan indeks harga konsumen (IHK) di Kaltim memang masih melanjutkan tren deflasi dari Februari 2019.
Dia menyatakan deflasi periode Maret 2019 sebesar -0,18% (m-t-m), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya. Nur menyatakan bahan makanan menjadi kelompok dengan tingkat deflasi terbesar yaitu -1,27% (m-t-m), diikuti dengan kesehatan -0,22% (m-t-m), dan transportasi sebesar -0,19% (m-t-m).
"Namun demikian, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,31% (m-t-m)," kata Nur melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (1/4/2019).
Nur menyatakan deflasi kelompok makanan masih bersumber dari harga daging ayam ras dan telur ayam ras yang masih menunjukkan penurunan harga masing-masing sebesar -8,50% (m-t-m) dan -10,33% (m-t-m).
Pada Maret 2019, jagung sebagai pakan ternak ayam sedang berada dalam puncak musim panen sehingga harga pakan menjadi lebih murah. Dampaknya, Harga Pokok Penjulan (HPP) ayam dan telur ayam ras menjadi lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Baca Juga
"Disamping bahan makanan, kelompok transportasi juga turut mengalami deflasi karena penurunan harga tarif angkutan udara yang pada Maret 2019," terang Nur.
Berdasarkan kota pembentuknya, Samarinda tercatat mengalami deflasi sebesar -0,11% (m-t-m) dan Balikpapan sebesar -0,28%(m-t-m). Adapun di tingkat nasional, inflasi tercatat sebesar 0,11% (m-t-m).
Pada April 2019 Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi Kaltim diperkirakan mengalami peningkatan meskipun belum signifikan.
Kondisi ini diperkirakan bersumber dari berakhirnya panen jagung pipilan di daerah sentra sehingga berisiko mendorong harga daging ayam ras dan telur ayam ras. Disamping itu, harga barang-barang lainnya juga berisiko meningkat sejalan dengan siklus peningkatan permintaan menjelang bulan Ramadan.
"Kantor Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dan segenap stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal," ungkapnya.
Nur menyebut sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern serta memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.
Hal tersebut bertujuan memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok di masyarakat.
"Bank Indonesia secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+1% (y-o-y)?)," terang Nur.