Bisnis.com, SAMARINDA – Bank Indonesia mencatat pada triwulan I/2019 pertumbuhan kredit pemilikan rumah atau KPR di Bumi Etam mencapai 4,43% year on year.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur Muhamad Nur menyatakan angka pertumbuhan KPR di Kaltim sampai dengan triwulan I/2019 sudah di atas 4%.
“Pertumbuhannya 4,43% year-on-year,” ujar Nur kepada Bisnis, Minggu (16/6/2019).
Sementara itu Ketua Realestat Indonesia (REI) Provinsi Kalimantan Timur, Bagus Susetyo menyebut rata-rata penyalur KPR bagi perumahan di Kalimantan Timur adalah Bank Tabungan Negara atau BTN. Menurut Bagus kinerja bank milik negara lain belum seoptimal BTN dalam memberikan KPR.
“Mayoritas disini masih BTN. Untuk bank yang lain meski BUMN belum optimal pengucuran KPRnya,” jelas Bagus kepada Bisnis beberapa waktu yang lalu.
Bagus menyoroti kondisi bisnis perumahan di Kaltim saat ini masih belum tumbuh progresif setelah keterpurukan ekonomi 2015-2016 dengan harga batu bara yang jatuh. Dia menyebut dalam dua tahun terakhir penjualan cenderung stagnan, bahkan sebelumnya sangat rendah 70%-80% tidak berjualan.
“Yang sampai sekarang penurunan itu untuk komersil dan ruko. Hampir 70% sampai 80% tidak ada penjualan karena daya beli kurang,” papar Bagus.
Dia menyebut masyarakat yang membeli rumah di Kaltim saat ini tidak untuk investasi namun untuk ditempati atau sebagai pengguna (end-user). Dia menilai ini menjadi alasan banyak pengembang yang beralih untuk membangun rumah end-user atau rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Bagus menyebut saat ini angka kebutuhan rumah atau backlog perumahan menurut REI Kaltim sekitar 13.000 rumah.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia secara nasional, pengembang masih mengandalkan modal dari dana internal untuk sumber utama pembiayaan proyek perumahan dengan persentase 60,30%. Sumber pembiayaan selanjutnya berasal dari pinjaman perbankan yakni 29,56%.
Sementara dari pembiayaan konsumen, persentase jumlah konsumen yang menggunakan fasilitas KPR dalam melakukan pembelian properti residensial pada triwulan I/2019 secara nasional adalah 74,16%. Angka ini lebih rendah daripada periode sebelumnya yakni 76,73%. BI menyebut, sebanyak 17,33% konsumen melakukan pembelian rumah dengan tunai bertahap dan sisanya sebesar 8,51% dengan tunai.
Bank Indonesia juga menyatakan pertumbuhan KPR dan KPA pada triwulan I/2019 ini secara nasional meningkat dari 1,14% (q-t-q) pada triwulan sebelumnya meningkat 4,02% (q-t-q) dan secara tahunan juga meningkat dari 13,90% (y-o-y) menjadi 15,67% (y-o-y).
Berdasarkan lokasi proyek, suku bunga KPR tertinggi terjadi di Bengkulu ada 14,91%, dan terendah di Yogyakarta 8,70%. Kelompok bank dengan suku bunga tertinggi yakni di Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar 11,45% dan terendah di Bank Asing dan Campuran sebesar 7,04%.
Sementara itu, untuk pencairan Fasiliras Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada triwulan I/2019 sebesar Rp2,66 triliun, atau secara tahunan meningkat sangat signifikan sebesar 1.524% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan 158,17% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) realisasi pembiayaan perumahan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di Kalimantan Timur antara Januari 2019 sampai Maret 2019 sudah mencapai 215 unit dengan pemasukan Rp21,41 miliar.