Bisnis.com, SAMARINDA – Pelayaran langsung (direct call) melalui Pelabuhan Kariangau di Balikpapan belum optimal sehingga kini kembali beralih via Surabaya dan Jakarta.
Ketua DPD Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Balikpapan, Faisal Tola, mengatakan ekspor dan impor untuk migas dan non migas yang menurun di Kaltim pada triwulan I/2019 ini tidak terasa. Pasalnya, selama ini Kaltim untuk ekspor dan impor melalui Surabaya dan Jakarta sehingga tingkat penurunan akan dilihat secara nasional bukan regional.
“Kami tidak direct call langsung, tapi via Surabaya. Perilaku konsumen [pengirim barang] selama ini belum betul-betul pindah,” terang Faisal kepada Bisnis, Minggu (15/6/2019).
Bisnis mencatat, pada 2016, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV sudah membuka direct call dari Balikpapan melalui Pelabuhan Kariangau. Tujuannya, agar barang-barang yang diekspor dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara tidak melalui Surabaya.
Faisal mengakui memang sudah pernah dilakukan dan dicoba di Kariangau. Meski demikian pencatatan kinerja direct call tersebut tidak memuaskan, sehingga pengiriman barang tetap melalui Surabaya.
“Kita pernah coba, tetapi belum memuaskan. Kita coba perlakuan direct call tapi dari Surabaya,” sambunganya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur merilis, nilai ekspor Provinsi Kalimantan Timur pada April 2019 mencapai US$1,33 miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,89% dibanding dengan ekspor Maret 2019.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur, Atqo Mardiyanto penurunan 11,89% ini jika dibanding April 2018 sebenarnya masih mengalami peningkatan 0,63%. Dia membeberkan bahwa penurunan ekspor April 2019 didorong oleh turunnya ekspor barang migas dan barang non migas.
“Ekspor barang migas April 2019 mencapai US$0,09 miliar, turun 63,33% dibanding Maret 2019. Sementara ekspor barang non migas April 2019 mencapai US$1,24 miliar, turun 1,98% dibanding Maret 2019,” papar Atqo
Dia menyatakan, persentase kenaikan terbesar ekspor pada April 2019 dibandingkan dengan Maret 2019 terjadi pada golongan Aneka produk kimia sebesar 118,14% dari US$4,03 juta menjadi US$8,79 juta. Sedangkan persentase penurunan terbesar terjadi pada golongan Bahan Bakar Mineral sebesar 15,86% dari US$1,41 miliar menjadi sebesar US$1,18 miliar.
Terkait nilai impor, BPS Kaltim menyatakan ada penurunan nilai impor di Kaltim pada April 2019 mencapai US$0,19 miliar, atau 18,08% dibandingkan impor Maret 2019.
Atqo menyatakan penurunan ini jika dibandingkan April 2018 mengalami penurunan sebesar 49,96%.
Dia menjelaskan impor barang migas April 2019 mencapai US$0,08 miliar, turun 8,32% dibanding Maret 2019. Sementara impor barang non migas April 2019 mencapai US$0,11 miliar, turun sebesar 24,42% dibanding Maret 2019.
“Secara kumulatif nilai impor Provinsi Kalimantan Timur periode Januari-April 2019 mencapai US$1,00 miliar atau turun 31,93% dibanding periode yang sama tahun 2018,” papar Atqo.
Dia menyebutkan, dari seluruh impor periode Januari 2019 - April 2019, impor barang migas mencapai US$0,48 miliar atau turun 54,59%, dan barang non migas mencapai US$0,52 miliar atau naik sebesar 25,54%.