Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aptrindo Balikpapan Layangkan Penghapusan Solar Bersubsidi

Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) melayangkan untuk penghapusan solar bersubsidi.
Ilustrasi/Antara-Dedhez Anggara
Ilustrasi/Antara-Dedhez Anggara

Bisnis.com, BALIKPAPAN-- Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) melayangkan untuk penghapusan solar bersubsidi.

 

Sekretaris DPC Aptrindo Balikpapan Risman Sirait mengatakan bahwa produksi Bahan Bakar Minyak (BBM)saat ini diproduksi di Balikpapan tetapi warga justru kesulitan dalam memperoleh pasokan. 

Oleh karena itu pihaknya mendukung usulan Ketua DPP Aptrindo Gemilang Tarigan, untuk menghapuskan saja solar subsidi agar tidak menyulitkan penyaluran BBM

 

Adapun, dalam waktu dekat ini pihaknya akan melakukan pertemuan secara nasional, apalagi pihak di pusat, terdapat permintaan untuk menghapus subsidi untuk solar.

 

“DPC Balikpapan mengadu ke Indonesia Shipping Gazette di Jakarta karena sulitnya memperoleh bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Bahkan harus antre selama dua hari untuk mendapatkan pasokan,”ungkapnya Jumat (6/9/2019).

 

Terkait dengan harga jual yang lebih mahal, pihaknya tinggal melakukan penyesuaian tarif angkutan yang dibebankan kepada pengguna jasa. Padahal, kata dia, kegiatan angkutan barang anggota Aptrindo di Balikpapan cukup baik menyusul produksi handling (troughput) petikemas di Terminal Petikemas Karingau di bawah kelola PT Kaltim Karingau Terminal (KKT), semakin meningkat sekitar 30 ribu Twenty Foot Equivalent Units (TEUs) setiap bulannya.

 

Apalagi, pelabuhan kontainer tersebut telah berkembang menjadi pelabuhan transhipment menangani petikemas ke sejumlah pelabuhan lain. Seperti Pelabuhan Pantoloan-Palu, Bitung, Makasar dan Pelabuhan Berau.

 

Adapun Perusahaan pelayaran yang beroperasi di pelabuhan tersebut meliputi Meratus, Tanto, Spil dan Temas. Selain itu dari KKT juga ada direct call ke Hongkong dan Singapura tiga kali sebulan.

 

Sementara itu, Ketua Apindo Kaltim Slamet Brotosiswoyo mengatakan, kasus antrean solar ini merupakan persoalan yang  terkadang muncul dan terkadang tidak. Bahkan, antrean yang ada sekarang telah menggunakan nomor.

 

“Ya ini polemik, kita ini penghasil BBM. Kok antreannya tidak umum. Paling tidak ada pengawasan dari pihak aparat bersama pemkot dan Pertamina. Jadi bisa mencegah antrean. Bayangkan saja antrean Panjang bahkan ada yang sampai dua hari. Sedangkan mobilitas kita dikejar waktu,” tuturnya.

 

Menurutnya harus ada pihak-pihak yang berfokus pada solar bersubsidi ini. Sudah banyak pengetap yang tertangkap. Mereka menjual dengan harga cukup mahal. Selisih dengan solar industri sangat jauh. Masih bisa dimanfaatkan oknum.

 

“Beli Rp5.000-an, dijual Rp7.000--Rp8.000 sudah untung. Sekalian saja hapus subsidinya kalau begitu,”tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper