Bisnis.com,BALIKPAPAN—Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih menjadi salah satu sektor yang menopang perekonomian di Balikpapan dalam menekan jumlah pengangguran.
Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Kota Balikpapan Dortje Marpaung dalam 5 tahun terakhir penghasilan kotor (omzet) UMKM telah mencapai Rp281 miliar. Jumlah itu pun baru di sektor kuliner yang diperoleh dari 4.575 pelaku usaha.
“Sampai saat ini, pelaku UMKM di Kecamatan Balikpapan Kota untuk kuliner menghasilkan omzet paling tinggi, yaitu sebanyak Rp76 miliar dari 869 pelaku usaha,” katanya Selasa (10/9/2019).
Baca Juga
Pendapatan itu wajar saja dicapai Balikpapan Kota, mengingat wilayah ini menjadi gerbang bisnis dan pusat ekonomi serta pemerintahan. Selain kota Balikpapan, UMKM tersebar juga di Balikpapan Tengah yang memiliki pelaku usaha lebih banyak, yaitu sebanyak 1.073 pelaku usaha. Di wilayah ini, omzet para pelaku UMKM kuliner senilai Rp75 miliar.
Menariknya, meski punya pendapatan kotor paling tinggi, tingkat penyerapan tenaga kerja dua wilayah itu masih kalah dari Balikpapan Selatan. Wilayah ini hanya punya 794 pelaku usaha dengan pendapatan kotor Rp 53 miliar, justru mampu menyerap 1.967 tenaga kerja. Paling banyak dibandingkan dengan wilayah lain.
Sementara di wilayah lain seperti Balikpapan Barat, terdata 612 UMKM dengan omzet Rp27 miliar, Balikpapan Timur dengan 532 pelaku usaha bernilai Rp19 miliar dan terakhir Balikpapan Utara sebanyak 695 usaha yang menghasilkan pendapatan senilai Rp28 miliar.
Dengan demikian secara total, UMKM kuliner mampu menyerap 9.253 tenaga kerja atau 5 persen dari angkatan kerja Balikpapan yang mencapai 300.000 orang pada 2018.
Dengan potensi penyerapan tenaga kerja yang tinggi, Dinas Koperasi dan UMKM Balikpapan ujarnya, memberikan bantuan dan pendampingan agar usaha mereka meningkat. Salah satunya dengan mengenalkan pelaku usaha baru untuk terhubung dan bersinergi dengan penggunaan teknologi.
“Masuknya sejumlah perusahaan teknologi seperti Gojek, sangat membantu meningkatkan pendapatan mereka. Kami akan arahkan UMKM agar memahami situasi itu. Ya contohnya menggunakan media sosial, atau memasarkan produk melalui aplikasi e-commerce,” ungkapnya”jelasnya.
Di sisi lain memang tidak bisa dipungkiri bahwa kemunculan teknologi dari sejumlah perusahaan aplikasi juga ikut mendorong tumbuhnya pelaku usaha baru. Menurutnya, supaya UMKM yang sudah ada juga dapat bersaing secara kompetitif dan sehat dengan pemain baru, maka pemerintah daerah terus melakukan pembinaan, pemantauan, dan pengawasan secara intens,
“Baik dalam tinjauan langsung ke lokasi usaha pada saat event promosi, pelatihan ataupun sosialisasi,”imbuhnya.
Dia menjelaskan pembinaan yang dimaksud adalah cara mempertahankan kualitas produk, kemasan, hingga pelayanan kepada konsumen. Termasuk selanjutnya untuk mendongkrak pendapatan melalui perluasan pasar.
Dortje menekankan supaya pemerintah mendorong usaha mandiri yang dijalankan masyarakat menengah ke bawah ini, selain dapat menekan pengangguran, juga berpotensi menggerakkan perekonomian nasional. Apalagi sejak krisis ekonomi pada 1998, UMKM menjadi menjadi salah satu sektor yang menopang perekonomian nasional.
Adapun,lanjut Dortje selain sektor kuliner, jumlah pendapatan yang cukup besar juga diraup sektor perdagangan.