Bisnis.com, BALIKPAPAN—Program Gerakan Wanita Matilda atau mandiri, terampil, dan berdaya yang diinisiasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan sudah memasuki kegiatan training of trainer (ToT) untuk kegiatan urban farming budi daya cabai dan sayuran.
Pelatihan yang dilakukan di Kelurahan Prapatan ini dilakukan oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Karang Joang Balikpapan Elham Sidik. Dia memberikan dua materi utama dalam pelatihan kali ini, yakni terkait dengan perawatan tanaman cabai dalam polybag serta pemberian pupuk organik.
Dalam merawat tanaman cabai, kata Elham, perlu dilakukan teknik penyulaman, yakni kegiatan mengganti tanaman yang sudah terlalu tua atau terserang penyakit parah. Tujuannya, untuk mempermudah pengendalian hama. Penyulaman dilakukan dengan menyiapkan bibit tanaman pengganti, membuat lubang tanam pada tanaman yang mati dan kemudian menanam pada lubang tanam yang disiapkan setelah terlebih dahulu melepas wadah tanam bibit.
Untuk penyiraman tanaman, setiap pohon memerlukan air sebanyak 200 mililiter air. Penyiraman dilakukan pada waktu pagi dan petang tiap hari. Apabila hujan di salah satu waktu, penyiraman dapat dilakukan pada waktu yang tidak turun hujan.
“Sementara pupuk yang dapat diberikan untuk tanaman cabai adalah Urea, NPK dan SP36,” tuturnya.
Petani juga dapat menggunakan pupuk organik karena lebih ekonomis sehingga dapat menghemat biaya. Tanah pun juga dapat menjadi lebih baik karena pupuk organic dapat meningkatkan aspek tanah dan tanaman serta tekstur dan struktur tanah.
Baca Juga
Istri Lurah Klandasan Ilir Dian mengatakan Program Wanita Matilda yang diprakarsai Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan mendapatkan sambutan antusias dari ibu rumah tangga di lingkungannya. Dia berpendapat program ini dapat menggeliatkan kembali suasana gotong royong antartetangga yang telah terkikis dengan kesibukan masing-masing.
Selain itu, lanjut dia, kegiatan urban farming ini bisa mengedukasi keluarga dan mengajarkan kepada anak-anak mereka yang saat ini gemar bermain gim untuk mulai bercocok tanam dalam mengisi waktu senggangnya.
“Terus kemarin dari pakar keuangan, Bank Indonesia mengajak peduli inflasi dan belanja bijaknya. Minimalnya ibu-ibu sekarang mulai catat belanjanya. Ada perubahan perilaku yang dilakukan dari sebelumnya. Tidak sekadar belanja saja,”jelasnya.
Saat ini, upaya pembibitan tanaman cabai dan tomat yang telah dilakukan memang belum membuahkan hasil. Panen baru akan dilakukan 3 bulan mendatang. Menurutnya, setelah masa panen, kesdaran ibu-ibu terhadap pengendalian inflasi bisa meningkat.
“Jadi, ibu-ibu ini juga sudah mengerti ternyata untuk inflasi bukan hanya tugas tim inflasi yang mengendalikan juga keluarga ke keluarga. Misalnya saja saat Ramadan, mengapa harga melambung? ibu-ibu mulai terbuka pikirannya,” jelasnya.
Namun, dia juga sedikit memberikan masukan kepada tim pengendali inflasi supaya bisa memberikan pelatihan di awal sebelum pembibitan dilakukan sehingga mengetahui dan menerapkan cara bercocok tanam yang benar.
“Kalau boleh usul dengan urban farming melekat mestinya didahulukan tetapi ini di akhir. Sementara ini bibit udah masuk, ToT di depan supaya kita di lapangan enggak kaget-kaget amat,”ungkapnya.