Bisnis.com, BALIKPAPAN—Pemerintahan kota Balikpapan mengajukan tambahan kuota sebesar 10% untuk Liquified Petroleum Gas (LPG) ukuran 3kg pada tahun depan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kabag perekonomian kota Balikpapan Panti Suhartono mengatakan kuota yang diusulkan tahun depan sejumlah 24.769 metrik ton (MT) atau 8.256.233 tabung.
Usulan ini merupakan kenaikan kuota sebesar 10 %dari total Kuota Tabung LPG ukuran 3Kg tahun 2018 sejumlah 22.517 MT.
Dia menjelaskan jika melihat dari indikator adanya penggunaan jaringan gas (Jargas) seharunya permintaan terhadap tabung elpiji bisa menurun.
Namun, pada praktiknya untuk megantisipasi agar tidak kekurangan kuota diusulkan sebesar 10 persen dari kuota yang ada.
Panti pun melanjutkan pertimbangan itu juga didasarkan menggeliatnya sektor usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang terus tumbuh di kota minyak.
Baca Juga
Selain itu juga mengantisipasi peningkatan jumlah pendatang yang masuk ke kota minyak pada 2020 mendatang.
Panti menjelaskan berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh Wali Kota Balikpapan penduduk yang masuk ke Kota Balikpapan bisa meningkat setiap bulannya dengan mencapai 2.000.
“Hal itu akan berdampak pada peningkatan kebutuhan terhadap gas LPG. Hal itu terlihat masih banyaknya antrean pembelian gas LPG di Kota Balikpapan khususnya untuk ukuran 3 kilogram,” jelasnya Senin (21/10/2019).
Pemkot pun telah menindaklanjutinya dengan mengirim surat yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk diteruskan kepada Pertamina.
Dia menargetkan realisasi penambahan kuota bisa dimulai akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun depan.
“Jumlah pendatang bakal meningkatkan seperti apa yang disampaikan oleh pak Wali. Jadi kebutuhan LPG di Kota Balikpapan juga meningkatkan,” jelasnya.
Selain itu nampaknya peningkatan permintaan tabung melon juga berbanding terbalik dengan jumlah warga miskin. Mengacu pada laporan dari Dinas Sosial Kota Balikpapan jumlah keluarga miskin di Kota Balikpapan mengalami penurunan setiap tahunnya. J
umlah keluarga miskin di Kota Balikpapan tercatat mencapai 10.000 kepala keluarga, menurun dibandingkan pada 2018 lalu yang tercatat mencapai 15.000 kepala keluarga.
“Jumlah gakin menurun, tetapi tidak mempengaruhi jumlah permintaan tabung LPG 3 kilogram. Jumlah pendatang menjadi salah satu penyebab utamanya,” terangnya.
Adapun secara nasional penyaluran subsidi LPG dalam kurun waktu 4 tahun terakhir meningkat signifikan. Pada 2015, penyaluran subsidi LPG 3 kg senilai Rp26 triliun dan telah melonjak jadi Rp64 triliun pada 2018.
Penyaluran LPG bersubsidi dengan ukuran 3 kilogram memerlukan pengawasan dari institusi eksternal seperti BPH Migas untuk memastikan kuota penyaluran tidak melebihi target.
Ekonom Universitas Gadjah Mada Fahmi Radhi mengatakan kelemahan penyaluran LPG bersubsidi adalah tidak ada mekanisme pengawasan seperti penyaluran BBM bersubsidi. Menurutnya, ini salah
Menurutnya, jika pengawasan atau pembatasan kuota, maka jebolnya kuota berpotensi terjadi. Fahmi pun menyarankan agar pemerintah mengubah sistem distribusi terbuka menjadi distribusi tertutup.
"Saya juga menyayangkan kenapa BPH Migas hanya melakukan pengawasan untuk BBM bersubsidi saja, tidak dengan LPG,"ungkapnya.