Bisnis.com, BALIKPAPAN — Bank Indonesia mencatat inflasi Provinsi Kalimantan Timur sebesar 4,38 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2022.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Ricky P Gozali menyatakan angka itu meningkat dari kuartal sebelumnya yaitu 2,86 persen (yoy).
“Secara umum, inflasi tersebut utamanya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok transportasi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (30/7/2022).
Sebelumnya, Bank Indonesia memprakirakan inflasi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada kuartal II/2022 berada pada rentang 3,59 persen (yoy) hingga 4,39 persen (yoy).
Jika dibandingkan inflasi pada kuartal I/2022 sebesar 2,86 persen, kenaikan inflasi ini mencapai setengah kali lipat lebih tinggi dan telah melewati rentang target sasaran inflasi nasional yaitu 3±1%.
Berdasarkan data Bank Indonesia, inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, dimana inflasi tertinggi terjadi lima tahun lalu yaitu 4,54 persen pada kuartal II/2017 dan kuartal II/ 2021 tercatat 1,21 persen (yoy) menjadi inflasi paling rendah secara tahunan.
Baca Juga
Ricky menjelaskan, komoditas cabai rawit, minyak goreng dan bawang merah merupakan tiga komoditas utama yang mendorong peningkatan inflasi di Kalimantan Timur.
Sebagaimana diketahui, Kaltim masih menggantungkan kebutuhan pangan hampir 90 persen dari luar provinsi seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan DKI Jakarta.
“Untuk itu, perlu dilakukan pemetaan potensi daerah yang dapat menjadi mitra kerja sama antar daerah Provinsi Kalimantan Timur,” jelasnya.
Dia melanjutkan, saat ini Kaltim telah memiliki beberapa kesepakatan bersama baik di level G2G (Government to Government) dan B2B (Business to Business).
Di tingkat G2G, kata Ricky, telah ditandatangani kesepakatan dengan daerah Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan dan Bali untuk kerja sama perdagangan.
Untuk skema B2B, Perumda Varia Niaga Samarinda yang merupakan BUMD di Kota Samarinda telah melakukan langkah agresif kerja sama perdagangan dengan beberapa mitra bisnis untuk mendatangkan komoditas beras, gula, minyak goreng dan daging ayam ras.
Adapun, dia menuturkan bahwa untuk mendukung ketahanan pangan, saat ini sedang dikembangkan food estate berupa pengembangan pangan terintegrasi hulu hilir mencakup pertanian dan peternakan untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan pasokan bahan pangan khususnya komoditas daging ayam ras di Benua Etam.