Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Kinerja lapangan usaha (LU) Pertambangan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) diprakirakan akan melorot saat menutup tahun 2022.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalsel Imam Subarkah menyatakan berlalunya cuaca ekstrem di negara mitra utama yaitu China dan India diprakirakan mengurangi permintaan impor batu bara.
“Musim dingin di China diprakirakan lebih hangat sehingga kebutuhan listrik diprakirakan berkurang di tengah pasokan domestik yang meningkat seiring dengan dukungan cuaca,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (29/12/2022).
Hal itu mulai terlihat, saat lapangan usaha (LU) Pertambangan Kalsel mencatatkan penurunan dari 9,79 persen di kuartal II menjadi 7,04 persen (yoy) pada kuartal III/2022.
Di sisi lain, produksi batu bara Kalsel tumbuh 23,20 persen atau sebesar 53,70 juta ton dengan total peningkatan kuota batu bara mencapai 663 juta ton sepanjang 2022.
“Produksi batu bara diprakirakan lebih tinggi sejalan dengan permintaan negara mitra dagang utama serta Eropa yang masih menghadapi krisis energi, meski dibayangi risiko pelemahan ekonomi global,” terang Imam.
Selain itu, dia menyebutkan curah hujan yang tinggi akibat La Nina pada kuartal sebelumnya, sudah mulai berkurang sehingga turut mendukung eksplorasi yang lebih masif.
Sebagaimana diketahui, peningkatan produksi batu bara berdampak positif pada pertumbuhan volume ekspor batu bara, dimana volume ekspor batubara naik 32,19 persen (yoy).
Menurut Imam, posisi ini menguntungkan karena aktivitas masyarakat yang sudah kembali normal turut meningkatkan permintaan listrik sehingga berdampak pada peningkatan kebutuhan batu bara dalam dan luar negeri.
Adapun, dia menuturkan bahwa tingginya penerimaan dari kenaikan harga batu bara global saat ini perlu diimbangi dengan investasi pada sumber energi terbarukan, mengingat cadangan batu bara Nasional yang terbatas dan isu kelestarian lingkungan di tengah komitmen bersama untuk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.