Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat produksi padi di Kaltim pada 2022 mengalami penurunan 2,15 persen atau sebanyak 5.250 ton pada 2022.
Produksi padi 2022 tercatat sebesar 239.430 ton gabah kering giling (GKG), turun dibandingkan produksi padi di 2021 yang sebesar 244.680 ton GKG.
Kemudian, luas panen padi di Kaltim pada 2022 mencapai sekitar 64,97 ribu hektare, mengalami penurunan sebanyak 1.300 hektare atau 1,96 persen dibandingkan luas panen padi di 2021 yang sebesar 66.270 hektare.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyatakan penurunan produksi padi di Kaltim disebabkan oleh adanya penurunan luas panen pada Subround Januari hingga April 2022.
"Serta penurunan luas panen dan produktivitas pada Subround Mei hingga Agustus 2022 dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya dikutip dalam rilis, Jumat (3/3/2023).
Kendati demikian, Yusniar optimis bahwa Kaltim masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi padinya di masa depan.
BPS Kaltim mencatat, produksi padi diperkirakan sebesar 4.430 ton GKG, dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2023 mencapai 109.720 ton GKG pada Januari 2023
Secara spasial, tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2022 adalah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser, dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kota Bontang, Kota Balikpapan, dan Kabupaten Mahakam Ulu.
Yusniar mengungkapkan bahwa kabupaten/kota dengan potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada Januari hingga April 2023 adalah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser.
Adapun, dia menuturkan bahwa jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2022 setara dengan 139.270 ribu ton beras.
“Atau mengalami penurunan sebesar 3.050 ton atau 2,15 persen, dibandingkan 2021 yang sebesar 142.320 ton,” pungkasnya.
Sebagai informasi, sejak 2018 BPS telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) & Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), serta Badan Informasi dan Geospasial (BIG) melakukan penyempurnaan penghitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).
KSA tersebut memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari LAPAN dan digunakan BIG untuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.
Adapun, penyempurnaan dalam berbagai tahapan penghitungan produksi beras telah dilakukan secara komprehensif tidak hanya luas lahan baku sawah saja, tetapi juga perbaikan penghitungan konversi gabah kering menjadi beras