Bisnis.com, BALIKPAPAN – Petani melon di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pupuk yang berkualitas untuk tanaman mereka.
Namun, dengan bantuan teknologi, edukasi dan jaringan, petani melon berupaya mengatasi kendala ini demi mencapai hasil yang optimal.
Petani melon Kebun Sumber Berkah, Sukirno menyatakan telah mempersiapkan banyak unsur yang diperlukan untuk tanaman melonnya, baik dalam aspek makro maupun mikro.
“Fase makro digunakan ketika tanaman berada dalam fase vegetatif, sementara fase mikro, merupakan pemberian suplemen atau vitamin yang diperlukan. Tujuannya adalah untuk mencapai hasil yang optimal dan menjaga kualitas buah,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (31/10/2023).
Dia menambahkan, kelompok taninya pernah kesulitan mendapatkan pupuk non subsidi pada masa konflik antara Rusia dan Ukraina.
"Bahkan waktu itu harga pupuk naik drastis sampai Rp1 juta per 50 kilogram. Pupuk yang diimpor Indonesia sebagian besar berasal dari Rusia, karena Indonesia hanya memiliki persediaan nitrogen dan kurang memiliki fosfat dan kalium,” katanya.
Baca Juga
Untuk mengatasi masalah ini, Sukirno mengaku beralih sementara ke metode organik, terutama dalam skala kecil.
“Skala kecil biasanya mencakup sekitar 100-200 pohon melon dan biasa digunakan untuk pertanian rumahan. Namun, untuk skala industri, penggunaan pupuk non subsidi tetap menjadi pilihan utama,” jelasnya.
Pupuk Tepat Guna dan Berkualitas
Dia menjelaskan, pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan tahapan pertumbuhan tanaman sangat penting, seperti merencanakan dengan cermat dan menghitung kebutuhan pupuk mereka untuk setiap tahap pertumbuhan tanaman.
Kondisi ini memungkinkan petani untuk mempersiapkan segala yang diperlukan, dan membeli pupuk sebelum memulai penanaman.
Bahkan jika ada keterlambatan dalam pengiriman, Sukirno menyebutkan dapat mencari sumber lain, berkomunikasi dengan rekan petani, atau mencari informasi tentang ketersediaan pupuk di berbagai toko pertanian di sekitarnya.
Saat ini, Sukirno yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Kebun Sumber Berkah mengelola sekitar 12.000 pohon melon diatas lahan seluas 4 hektare dengan kebutuhan pupuk mencapai 9 ton tiap tahunnya.
Sebagaimana diketahui, kebun ini dikelola oleh warga RT. 37 Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, yang sebelumnya mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19.
Selain sebagai sumber pangan, kebun melon ini juga dijadikan sebagai tempat wisata edukasi. Pengunjung bisa belajar tentang budi daya melon dan menikmati hasil panen secara langsung.
Pengunjung yang datang secara perseorangan tidak dipungut biaya masuk, tapi jika ingin membawa pulang melon harus membayar sesuai beratnya. Sedangkan pengunjung yang datang berkelompok akan dikenakan biaya administrasi masuk sebesar Rp300.000, termasuk dengan buah melon dan fasilitas gazebo.
Selanjutnya, Sukirno menuturkan selalu berupaya menyesuaikan antara biaya operasional dengan harga pupuk, mengingat operasional perawatan melon yang cukup besar dapat menghasilkan buah premium dengan harga jual yang tinggi.
Untuk menghindari tengkulak, Sukirno lebih memilih menjual langsung kepada konsumen. “Pembayaran langsung dalam bentuk uang tunai tanpa melalui sistem invoice memberikan manfaat bagi kami dan membantu mengurangi dampak dari para tengkulak. Dengan demikian, kami dapat lebih mandiri dalam usaha kami,” tuturnya.
Kemudian, Sukirno juga mengaku mendapat manfaat dari aplikasi teknologi yang memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan pupuk sesuai dengan jenis tanaman dan fase pertumbuhannya.
Sukirno yang tergabung dalam grup daring ‘Tani Cerdas’ yang dibentuk oleh salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang distribusi dan perdagangan pupuk ini, menyebutkan telah menggunakan aplikasi tersebut untuk membantu aktivitasnya dan mendapatkan informasi seputar promosi pupuk.
“Ada aplikasi yang dapat memberikan video edukasi, artikel terbaru, dan tutorial yang dapat membantu kami memahami cara menggunakan pupuk dengan benar,” katanya.
Di sisi lain, Sukirno menyebutkan produsen pupuk yang juga turut mempromosikan produknya kepada para petani adalah Pupuk Kaltim.
Pupuk Kaltim berencana membantu Sukirno dan rekannya dengan pasokan pupuk sekitar 200 kilogram untuk setiap seperempat hektare lahan berupa demplot.
Petani kemudian diharapkan memberikan laporan kepada Pupuk Kaltim tentang hasil yang ada dari penggunaan pupuk tersebut.
“Sekarang kan banyak pupuk yang mahal-mahal, kalau petani itu sudah fanatik, biar ada penjual bilang yang ini loh yang bagus enggak bisa. Harus langsung petani yang mencoba,” ujar Sukirno.
Menurut Sukirno, pupuk berkualitas adalah kunci sukses bagi petani melon.
“Ketika pupuk yang baik dan kualitasnya terjamin, harga yang mahal bukan lagi masalah. Petani yang telah merasakan manfaat dari pupuk yang berkualitas akan lebih cenderung memilih produk yang memberikan hasil yang baik,” tegasnya.
Sementara itu, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), anak usaha PT Pupuk Indonesia, terus berupaya memberikan kontribusi terbaik bagi para petani di negeri ini.
Salah satu bentuk kontribusi tersebut adalah dengan memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi dan non subsidi dengan kualitas terbaik di berbagai wilayah Indonesia.
SVP Sekretaris Perusahaan Pupuk Kaltim Teguh Ismartono menyatakan perusahaan menyadari pentingnya peran petani dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
“Petani adalah tulang punggung pertanian di Indonesia, dan kesejahteraan mereka sangat berhubungan dengan keberhasilan sektor pertanian secara keseluruhan,” ujarnya.
Untuk mendukung para petani, Pupuk Kaltim tidak hanya menyediakan pasokan pupuk berkualitas, tetapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan di sektor pertanian, serta memberikan akses ke teknologi pertanian modern.
Selain itu, Pupuk Kaltim juga berkomitmen untuk menjalankan operasionalnya dengan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan dan keselamatan kerja.
Teguh memaparkan, perusahaan menggunakan teknologi terbaik di industri saat ini dan tentunya dengan tenaga kerja berpengalaman di baliknya sehingga dengan energi seminim mungkin, perusahaan bisa tetap menciptakan produktivitas yang maksimal.
Sebagai informasi, Pupuk Kaltim bertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk jenis Urea yang mencakup wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan seluruh wilayah Sulawesi.
Sedangkan untuk NPK Bersubsidi Formula Khusus, mencakup Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Melalui produksi di lima pabrik amonia, lima pabrik urea dan tiga pabrik NPK serta 137 gudang yang tersebar di seluruh Indonesia, per September 2023, sebanyak 258.827 ton Urea bersubsidi, 46.465 ton NPK Phonska, 10.106 ton NPK Formula Khusus, 487.382 ton pupuk urea non subsidi dan 27.028 ton NPK non subsidi telah tersedia di gudang-gudang Pupuk Kaltim yang tersebar di sejumlah wilayah yang menjadi tanggung jawab perusahaan.
Tercatat juga hingga September 2023, Pupuk Kaltim telah menyalurkan 613.497 ton pupuk bersubsidi. Jumlah tersebut terdiri atas 550.420 urea bersubsidi dan 38.425 NPK Phonska dan 25.102 NPK Formula Khusus bersubsidi.
Digitalisasi Dorong Efisiensi dan Produktivitas
Dalam menghadapi tantangan industri 4.0, Pupuk Kaltim juga mengadaptasi teknologi digital untuk menjaga rantai pasok distribusi yang lebih tertata dan terjamin dapat berjalan dengan baik. Pupuk Kaltim menerapkan Smart Production secara komplit di seluruh lini produksi.
Teguh menjelaskan, Smart Production adalah sistem produksi yang bertujuan untuk meningkatkan reliability, productivity, efisiensi energi dan memaksimalkan pengolahan limbah menuju industri hijau.
Dia mengungkapkan bahwa Smart Production yang dilakukan adalah digitalisasi dan integrasi data secara online seluruh lini proses produksi, meliputi performa pabrik (produksi, konsumsi energi, inventori dan operasional pabrik), kualitas dan stok produk, evaluasi kesehatan dan pemeliharaan aset, kinerja lingkungan, serta dilengkapi dengan sistem alarm.
“Untuk mendukung implementasi Smart Production, Pupuk Kaltim juga menerapkan Sistem Manajemen Energi berbasis ISO 50001. Selain itu, Pupuk Kaltim juga membentuk tim “champion” yang mengawal implementasi Smart Production dan bertugas sebagai tim change management untuk memperlancar perubahan proses kerja,” ungkapnya.
Teguh menambahkan, implementasi Smart Production telah memberikan dampak positif bagi perusahaan. “Melalui implementasi Smart Production secara menyeluruh pada lini produksi, Pupuk Kaltim mampu melakukan efisiensi energi secara signifikan,” katanya.
Tidak hanya di lini produksi, Pupuk Kaltim juga menerapkan inovasi dan pemanfaatan teknologi di lini distribusi pupuk, terutama untuk pupuk subsidi.
Pupuk Kaltim telah mengembangkan sistem Distribution Planning & Control System (DPCS) dan Retail Management System (RMS) yang dapat mengawasi setiap tahap distribusi pupuk secara digital.
DPCS adalah sistem yang dapat melakukan pengawasan distribusi secara real time dari lini 1 hingga lini 4.
Sistem ini juga dilengkapi dengan early warning system yang dapat memberikan peringatan bila stok mulai menipis pada tingkat daerah, untuk kemudian diantisipasi.
RMS adalah sistem yang dikembangkan pada rantai distribusi pupuk di tingkat kios/pengecer. Sistem ini dapat mengawasi setiap stok dan transaksi pupuk, termasuk mengidentifikasi siapa saja pihak yang ingin melakukan penebusan pupuk di tingkat kios.
Dengan adanya sistem-sistem tersebut, Pupuk Kaltim dapat menjaga rantai pasok distribusi pupuk yang lebih tertata dan terjamin dapat berjalan dengan baik.
Adapun, Penjabat (Pj.) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Akmal Malik mengajak Pupuk Indonesia untuk bersinergi dalam memenuhi kebutuhan pupuk di provinsi yang terpilih sebagai Ibu Kota Nusantara (IKN) ini.
Akmal mengatakan, sebagai IKN, Kaltim harus menjaga ketahanan pangan dengan meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan.
“Kami gak ada kepentingan, kami hanya memotret apa adanya dan memastikan bisa tepat sasaran. Saya berharap CSR perusahaan dapat digunakan untuk kepentingan publik, karena itu dibutuhkan data yang benar dan pasti dalam melihat kebutuhan pupuk untuk pertanian dan perkebunan di Kaltim,” pungkasnya.