Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur (KPw BI Kaltim) berupaya menjaga pergerakan inflasi yang berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi daerah pada paruh kedua 2024.
Kepala KPw BI Kaltim Budi Widihartanto menyatakan sinkronisasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) konsisten dilakukan dalam kerangka 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
“Upaya ini penting mengingat risiko peningkatan tekanan harga seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi pasca kepindahan ibukota,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (9/8/2024).
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain Toko Penyeimbang untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, serta peningkatan produktivitas pertanian dan KAD untuk menjaga pasokan dan stok bahan makanan.
Selain itu, dia menyebutkan para pemangku kepentingan ini bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan memastikan bahwa bahan pangan tercukupi dan pasokannya terjaga.
“Secara nasional, Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijakan akomodatif untuk menjaga daya beli masyarakat, seperti penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang pre-emptive dan forward looking, serta pelonggaran LTV/FTV untuk DP properti dan kendaraan bermotor,” sebutnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Budi menjelaskan inflasi di Kaltim tetap terkendali, dengan aliran harga yang cenderung stabil dan bahkan menurun di bulan Juli selama kuartal II/2024.
Hal ini menunjukkan bahwa sinergi antar stakeholder, seperti pelaksanaan sosialisasi hingga pendirian Kios SIGAP Inflasi dan penyiapan lumbung pangan untuk jangka waktu tertentu berhasil menjaga stabilitas inflasi.
Namun, ada beberapa tantangan seperti naiknya harga komoditas pangan dan tarif angkutan udara yang bisa menjadi batu sandungan.
"Kenaikan ini terjadi akibat tekanan dari sisi supply seperti ketergantungan pemenuhan kebutuhan pangan dari daerah luar, serta dari sisi demand seperti peningkatan permintaan akibat tingginya aktivitas Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) di Kaltim,” terang Budi.
Adapun, dia menuturkan risiko kenaikan harga BBM dan tarif listrik turut menjadi sorotan, karena bisa berdampak pada peningkatan biaya produksi yang mendorong tekanan inflasi.
Untungnya, Bank Indonesia terus menjaga ritme yang ada melalui kebijakan suku bunga akomodatif yang bisa menjadi bantalan bagi pelaku usaha dan rumah tangga di Indonesia, Kaltim khususnya.