Bisnis.com, PONTIANAK – Bank Indonesia minta Kalimantan Barat mewaspadai curah hujan dan gelombang air yang tinggi karena berpotensi mengganggu hasil produksi pertanian dan tangkapan ikan segar.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalbar Dwi Suslamanto mengatakan, potensi gangguan itu harus disikapi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengecek gudang dan pasar untuk memantau kondisi stok dan harga pangan tertentu.
“Berdasarkan komoditasnya, inflasi pada komoditas volatile foods (VF) disumbang oleh udang basah, ikan kembung, dan sawi hijau seiring terbatasnya stok karena tangkapan nelayan berkurang akibat gelombang yang tinggi,” kata Dwi dari rilis yang diterima Bisnis, Sabtu (5/3/2016).
Sementara, kata dia, hal yang sama dialami sawi karena kondisi curah hujan yang tinggi berdampak pada keberhasilan produksi.
Langkah lainnya, lanjut Dwi, adalah mempercepat kegiatan pasar murah bersama Bulog khususnya di kota sampel inflasi.
“Berikutnya melakukan integrasi program pengendalian inflasi dari hulu-hilir seperti memacu peningkatan produksi, memperlancar distribusi, mengurangi biaya angkut dan menjaga ekspektasi serta mekanisme pasar,” tuturnya.