Bisnis.com, PALU – Pemerintah Kabupaten Sigi bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi berkomitmen mengangkat biji kopi Pipikoro melalui Festival Kopi Toratima sebagai salah daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia.
Beberapa waktu lalu, diselenggarakan festival di Kecamatan Pipikoro, sebuah kecamatan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang memiliki desa penghasil kopi Toratima.
Pada festival itu dihadiri kepala daerah Sigi, jajaran petinggi satuan kerja perangkat daerah (SKPD), DPRD Kabupaten dan Provinsi dan sejumlah anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah, para jurnalis, backpacker, cross biker dan pecinta kopi seluruh Indonesia.
Bupati Sigi Mohamad Irwan mengatakan, secara statistik ekonomi Kabupaten Sigi 2015, jumlah produksi kopi Pipikoro baru mencapai 152 ton per tahun yang dihasilkan dari perkebunan kopi seluas 639 Hektare.
“Dengan tingkat produktivitas 420 Kilogram per ha per tahun, produktivitas perkebunan kopi di Pipikoro merupakan yang tertinggi di Kabupaten Sigi,” kata Mohamad dari keterangan pers yang diterima Bisnis, baru-baru ini.
Meskipun, kata dia, produktivitas kopi Pipikoro yang lebih rendah dibandingkan dengan produksi kopi Gayo di Aceh dan Lampung yang bisa mencapai 1,2 ton per ha tetapi kopi Pipikoro memiliki cita rasa khas yang unik dan istimewa.
Cita rasa itu bisa ditemui di Kopi Toratima. Warga menjual per bungkus kopi dengan volume berat 100 gram seharga Rp30.000 itu dihasilkan dari biji kopi mamalia hutan seperti kelelawar, tupai, kera dan tangali atau sejenis musang.
“Biji kopi yang dipungut oleh hutan mamalia itu sangat selektif untuk dimakan. Hewan mencari biji kopi yang terbaik,” tutur Sekretaris Desa Pelempea Yunus, seorang petani kopi Toratima.
Tenaga Ahli Direktorat Pemberdayaan Usaha Ekonomi Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi A. Syaifudin mengutarakan, produksi kopi di Indonesia yang dihasilkan dari wilayah-wilayah yang terpencil jika dikelola dengan baik dapat menjadi modal kekuatan kebangkitan perekonomian bangsa.
Pihaknya berkomitmen mendorong sejumlah daerah di Indonesia termasuk 19 desa pemasok utama kopi dari Sulteng untuk mengembangkan potensi kopi Pikoro melalui pemanfaatan Badan Usaha Milik Desa.
“Empat jenis kopi di Indonesia mendapat pujian dari banyak negara dan dibuktikan dengan grafik ekspor kopi yang positif ke terutama ke Italia selama 5 tahun terakhir mencapai 10,14%.”
Direktur Karsa Institute sebagai Penyelenggara Festival Kopi Toratima Pipikoro mengatakan, festival ini mengusung isu inklusi sosial yang mempertemukan antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan warga desa yang terpencil melalui seduhan kopi.
“Meskipun diselenggarakan jauh dari pusat kota, festival yang merupakan bagian kegiatan Program Peduli dan Partnership-Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia ini, sebagai wujud nawa cita Presiden Joko Widodo.”