Bisnis.com, PONTIANAK – Otoritas Jasa Keuangan terus mendorong industri perbankan di Kalimantan Barat baik swasta dan nasional untuk meningkatkan penghimpunan dana murah tabungan dan giro guna membiayai sektor riil usaha, kecil, mikro dan menengah.
Kepala OJK Perwakilan Asep Ruswandi mengatakan, pihaknya bersama pemerintah pusat dan daerah sedang gencar memberikan kredit untuk pelaku usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) sekaligus bisa menghimpun DPK dari mereka.
“Kami sedang dorong bank memberikan kredit ke sektor produktif, jadi tidak hanya meninggikan bunga DPK sehingga ada sekelompok orang tidak mau bekerja dan sekadar menitipkan uang lalu menerima jasa bunga setiap bulan,” kata Asep kepada Bisnis, belum lama ini.
Adapun DPK di Kalbar pada Februari 2016 sedikit tumbuh dari bulan sebelumnya dari Rp43 triliun menjadi Rp43 triliun tetapi masih didominasi deposito mencapai Rp14,3 triliun dan sisanya tabungan dan giro.
Menurutnya, penghimpunan dana murah bisa dengan menggenjot agen laku pandai di daerah-daerah yang tidak memiliki pelayanan kantor bank karena terhambat oleh buruknya infrastrukur jalan dan telekomunikasi.
Hambatan-hambatan itu, lanjut dia, membuat bank harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membangun kantor dan biaya operasional yang memerlukan biaya besar.
Untuk tahap awal, lanjut Asep, bank yang diminta untuk gencar mendorong agen laku pandai di setiap kecamatan yang belum terlayani kantor pelayanan keuangan untuk menghimpun DPK adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalbar.
“Bulan lalu misalnya, BPD Kalbar baru saja membuka kantor cabang pembantu (Kacapem) di Kecamatan Merakai, Kabupaten Sintang. (Kacapem) itu membawahi wilayah kerja 3 kecamatan sekaligus. Jadi dua kecamatan lainnya kami dorong BPD sediakan agen laku pandai.”
Namun, untuk memuluskan strategi menghimpun DPK lebih banyak lagi dari nasabah maka BPD Kalbar atau BRI harus gencar membuat citra setiap produk yang ditampilkan kepada masyarakat lebih baik.
Strategi lain, yakni dengan menggandeng pemerintah daerah untuk membuat aksi sosial dan sosialisasi produk tabungan kepada masyarakat sekitar bank sehingga bisa diajak untuk menabung. Kedua kegiatan itu juga untuk membendung masyarakat dari investasi bodong dan rentenir yang menetapkan bunga kredit mahal.