Bisnis.com, PONTIANAK – Pemerintah Kota Pontianak mendorong petani lidah buaya memanfaatkan pemanfaatan lahan kosong seluas 25 Hektare untuk dikembangkan menjadi tanaman tersebut guna meningkatkan produksi bahan baku.
Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, lahan yang berada di Kecamatan Pontianak utara itu masih belum digarap secara optimal oleh petani lidah buaya, bahkan pihaknya tidak memberikan izin untuk pengembangan properti.
“Kawasan Pontianak Utara sudah diplotkan untuk kawasan hijau dan lahan pertanian jangan sampai lahan kosong itu tergerus kawasan perumahan-perumahan mewah,” kata Edi disela mengukuhkan pengurus Asosiasi Pengusaha Lidah Buaya Pontianak, akhir pekan lalu.
Dari data Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak, luas tanaman lidah buaya baru mencapai 84 Ha, dengan produksi setiap tahun mencapai 7.879 ton digarap oleh 35 petani, pada 2013.
Dia mengutarakan, Kota Pontianak sudah menjadikan lidah buaya sebagai andalan pemerintah daerah untuk mempromosikan kota ini sehingga ketersediaan bahan baku yang melimpah sangat penting bagi industri olahan rumah tangga lidah buaya.
Asosiasi Pengusaha Lidah Buaya (Aspelya) Pontianak Nazaruddin mengutarakan, pelaku usaha skala mikro dan menengah olahan lidah buaya membutuhkan sedikitnya 75 ton daging lidah buaya per bulan untuk 30 produk turunan lidah buaya.
Menurutnya, jumlah sebanyak itu biasanya sulit dipenuhi oleh petani lidah buaya Pontianak karena pada waktu-waktu tertentu adanya permintaan dalam jumlah besar untuk pelaku usaha dari luar Kalbar.
“Jadi kami biasanya kekurangan bahan baku karena biasanya ada produsen dari luar daerah yang pesan dalam jumlah banyak. Kami di Pontianak sering juga kekurangan bahan baku.”
Dalam satu hari, maksimal anggota dari asosiasi ini membutuhkan 1 ton lidah buaya untuk mengolah produk-produk lidah seperti minuman, permen, dan aneka produk kosmetik.