Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pemerintah Kota Balikpapan mencatat angka prevalensi stunting mengalami peningkatan sebesar 2 persen sepanjang tahun 2022.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan Alwiati menyatakan angka prevalensi stunting untuk Balikpapan mencapai 19,6 persen.
Hal itu berdasarkan hasil survei yang baru saja dirilis. “Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), naik dari 17,6 persen 2021 menjadi 19,6 persen 2022,” ujarnya yang dikutip, Minggu (27/1/2023).
Dia menyebutkan, pandemi Covid-19 menjadi faktor penyebab yang telah berimbas pada peningkatan kasus stunting tersebut.
Selain itu, terganggunya pelayanan kesehatan, gizi, dan perlindungan sosial pada anak turut mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi anak.
“Kalau kita bicara stunting kan itu kondisi kekurangan gizi. Nah, tahun kemarin masih ada sisa terdampak dari Covid-19. Untuk meningkatkan gizinya, masyarakat masih dalam tahap pemulihan atau bangkit dari keterpurukan secara finansial,” terangnya.
Alwiati menjelaskan, DP3AKB Balikpapan terus berupaya untuk menurunkan kembali angka prevalensi stunting dengan berbagai upaya, seperti mengaktifkan kembali seluruh Posyandu di Balikpapan juga yang sebelumnya terhenti akibat pandemi.
“Penanganan stunting itu harus bergerak bersama. Kami juga sudah mulai menggerakkan kader tim pendamping keluarga yang memberikan pola asuh yang benar kepada keluarga-keluarga stunting,” pungkasnya.