Bisnis.com, BALIKPAPAN — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menuju replacement level.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyatakan fertilitas Kaltim menurun dalam lima dekade terakhir meskipun dalam lima dekade terakhir, meski sempat mengalami kenaikan di tahun 2010.
Dia menambahkan, tingkat fertilitas dihasilkan menurut Sensus Penduduk 1971 sampai LF SP2020 berupa hasil estimasi penghitungan TFR dengan metode anak kandung (own children method). Sensus Penduduk 1971 menunjukkan angka TFR sebesar 5,41 yang berarti seorang perempuan melahirkan sekitar 5-6 anak selama masa reproduksinya.
Sementara Long Form SP2020 mencatat TFR sebesar 2,18 yang berarti hanya sekitar 2 anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya. “Kondisi ini menunjukkan bahwa program penurunan tingkat kelahiran di Kaltim menunjukkan hasil signifikan karena TFR telah menuju replacement level,” ujarnya dalam rilis, Rabu (1/2/2023).
Sebagaimana diketahui, replacement level fertility adalah kondisi penduduk tumbuh seimbang yang biasa ditandai dengan TFR=2,1.
Kemudian, TFR merupakan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang perempuan selama masa usia suburnya (15-49 tahun).
Baca Juga
Yusniar mengungkapkan bahwa terdapat 134-135 kelahiran dari 1.000 perempuan umur 25-29 tahun di Kalimantan Timur atau puncak dari ASFR.
ASFR (Age Spesific Fertility Rate) atau angka kelahiran menurut kelompok umur tertentu adalah banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada suatu tahun tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur (15-49 tahun) dan pertengahan tahun yang sama.
Dia menyebutkan angka kematian bayi (AKB) menurun signifikan dari 40 per 1.000 kelahiran hidup hasil sensus penduduk 2010 menjadi 21 per 1.000 kelahiran hidup hasil Long Form SP2020.
Bila membandingkan dengan lima dekade terakhir, mortalitas Kaltim turun tajam, dari 104 kematian bayi pada tahun 1971 menjadi 16 kematian bayi pada tahun 2022.
“Peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI membuat bayi semakin mampu bertahan hidup,” pungkasnya.