Bisnis.com, BALIKPAPAN — Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur (Kaltim) melaporkan hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020) menunjukkan angka migrasi seumur hidup mengalami peningkatan dalam lima dekade terakhir.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyatakan angka migrasi seumur hidup mencapai 5,57 atau sekitar 6 dari 100 penduduk Kaltim merupakan penduduk yang lahir di provinsi lain. Bila dibandingkan SP2010 atau satu dekade silam yang mencapai 36,83 persen, angka migrasi seumur hidup pada LF SP2020 turun yaitu 30,99 persen.
“Dengan kata lain, sekitar 31 dari 100 atau sepertiga penduduk Kalimantan Timur merupakan penduduk migran. Hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi Kalimantan Timur adalah daerah tujuan migrasi,” ujarnya dalam rilis, Rabu (1/2/2023).
Dia menambahkan, seseorang dikatakan migran seumur hidup antar kabupaten/ kota jika kabupaten/kota tempat tinggalnya saat pendataan berbeda dengan kabupaten/ kota tempat lahirnya.
“Wilayah kabupaten/kota yang dituju migran disebut kabupaten/kota tujuan migran,” sebutnya.
Dia mengungkapkan bahwa seluruh wilayah Kaltim merupakan daerah tujuan migran, hal ini terbukti dari angka migrasi neto untuk masing-masing kabupaten/kota bernilai positif, yang menunjukkan bahwa masih lebih banyak migran seumur hidup yang masuk ke masing-masing kabupaten/kota daripada yang keluar.
Baca Juga
Secara spasial, Kabupaten Kutai Timur merupakan kabupaten/kota dengan angka migrasi neto seumur hidup antar kabupaten/kota tertinggi, sedangkan Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten/kota dengan angka migrasi neto seumur hidup antarkabupaten/ kota terendah.
Tiga kabupaten/kota dengan angka migrasi neto seumur hidup antar kabupaten/kota tertinggi adalah Kutai Timur, Berau dan Kota Bontang. Ketiga kabupaten/kota ini adalah daerah tambang yang merupakan salah satu faktor penarik migrasi.
Dia menuturkan bahwa 58 dari 100 penduduk generasi pre-boomer dan baby boomer merupakan migran seumur hidup. “Proporsi penduduk berstatus migran seumur hidup pada generasi yang lebih muda (post gen Z dan generasi Z) lebih rendah daripada generasi yang lebih tua (millennial, generasi X, pre-boomer, dan baby boomer),” pungkasnya