Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Kalimantan Timur (Kaltim) berhasil mempertahankan iklim investasi yang kondusif di tengah ketidakpastian geopolitik global dengan pertumbuhan investasi asing sebesar 7,30% (year-on-year/yoy) selama kuartal I/2024.
Sebenarnya, kondisi ini turun dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 8,58% yoy.
Kendati demikian, pertumbuhan ini didorong oleh Penanaman Modal Asing (PMA) yang melonjak 16,78% yoy, melampaui kenaikan kuartal sebelumnya sebesar 3,79% yoy.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Kaltim Budi Widihartanto menyatakan komitmen terhadap pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan sektor swasta telah menjadi pilar penting dalam meningkatkan kepercayaan investor.
“Lebih tingginya pertumbuhan investasi asing tersebut didorong terutama oleh terjaganya kondusivitas iklim investasi di Kaltim seiring masifnya pembangunan berbagai infrastruktur yang sedang berlangsung, khususnya di IKN (Ibu Kota Negara),” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (18/6/2024).
Dia menambahkan, sektor primer dan sekunder telah menjadi penggerak utama kinerja investasi asing di Kaltim untuk kuartal I/2024.
Baca Juga
PMA di sektor primer yang mencakup kehutanan, perikanan, pertambangan, tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, tumbuh sebesar 5,38% yoy atau melonjak dari kuartal sebelumnya yang hanya 1,11% yoy.
Demikian pula, sektor sekunder (industri pengolahan) yang mengalami pertumbuhan PMA dari minus 46,89% yoy menjadi 17,05% yoy.
Kemudian, dia menyebutkan sektor tersier mengalami perlambatan yang cukup signifikan dalam pertumbuhan investasi asing.
Di sisi lain, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami pertumbuhan sebesar 4,99% yoy, atau melambat dari pertumbuhan kuat kuartal sebelumnya sebesar 47,86% yoy.
Investasi domestik di semua sektor mengalami penurunan tajam dari 13,9% yoy menjadi -11,1% yoy untuk sektor primer, dari 61,4% yoy menjadi 22,2% yoy untuk sektor sekunder, dan dari 136,5% yoy menjadi 21,0% yoy untuk sektor tersier.
Ketika menggabungkan baik investasi asing maupun domestik, kata Budi, terlihat adanya perlambatan umum di ketiga sektor.
"Sektor primer mengalami kontraksi sebesar -7,52% yoy setelah sebelumnya tumbuh positif pada kuartal terakhir tahun 2023 sebesar 8,66% yoy,” terangnya.
Budi menuturkan di sektor sekunder tetap stabil dilintasan positif pada 19,34% yoy, meski sedikit lebih lambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 20,61% yoy.
Adapun, sektor tersier mengalami perlambatan yang relatif signifikan dengan hanya tumbuh 31,8% yoy pada periode ini setelah mengalami pertumbuhan substansial sebesar 322,5% yoy pada kuartal IV/2023.