Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pengembangan sektor inklusif dinilai sebagai kunci dalam memperkuat perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim), terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Budi Widihartanto menyatakan ketidakstabilan geopolitik dan proteksionisme dagang berdampak signifikan terhadap fluktuasi harga komoditas dan rantai pasokan global.
Selain itu, masalah di sektor real estate di Tiongkok turut mempengaruhi keberlangsungan utang di negara maju dan berkembang, serta berdampak pada nilai tukar mata uang kita.
“Alhamdulillah nilai tukar kita sempat floating sedikit, sekarang menguat kembali. Ada beberapa tekanan baik pembayaran hutang, mungkin juga pembayaran dividen keluar dan seterusnya,” ujarnya dalam Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda, Rabu (17/7/2024).
Indonesia, kata Budi, meski menghadapi berbagai krisis seperti booming komoditas 2013, krisis global 2008, dan pandemi 2020 tetap menunjukkan resiliensi yang kuat.
“Kunci utama ketahanan ekonomi Indonesia adalah inklusivitas dan keberlanjutan sektor, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta permintaan domestik yang kuat,” katanya.
Baca Juga
Di sisi lain, dia menjelaskan Kaltim sendiri dihadapkan pada tantangan besar, terutama dengan perpindahan ibu kota negara ke wilayah ini.
Ekonomi Kaltim masih sangat bergantung pada sumber daya alam, khususnya pertambangan dan minyak dan gas (migas).
Fluktuasi harga batu bara, misalnya, secara langsung mempengaruhi sektor perbankan di daerah ini. Oleh karena itu, Budi mengungkapkan bahwa diversifikasi ekonomi di luar sektor batu bara menjadi sangat krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi.
“Ke depan perbankan perlu satu sikap pengembangan di luar batu bara sehingga penyaluran kredit tidak turun tajam,” ungkapnya.
Selain itu, dia mengatakan kebijakan global yang cenderung beralih ke sektor hijau akan memberikan dampak signifikan pada ekonomi Kaltim.
Namun, dengan adanya Ibu Kota Negara (IKN), terdapat peluang besar, termasuk peningkatan jumlah penduduk dan akselerasi permintaan kebutuhan pokok.
“Penting untuk menjaga stabilisasi harga dengan memastikan suplai yang memadai," katanya.
Menurutnya, Kaltim harus memfokuskan pada sektor pertanian, meskipun produktivitasnya tidak setinggi di Jawa dan Sulawesi dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan.
“Maka perlu dilakukan perencanaan ke depan apakah penetapan sektor pertanian tanaman ini perlu dimasifkan lagi,” tegasnya.
Dia menyebutkan transformasi ekonomi juga diperlukan melalui pengembangan ekonomi maritim, pariwisata, ekonomi kreatif, dan hilirisasi untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam.
Adapun, dia menuturkan akselerasi investasi perlu didorong melalui penguatan infrastruktur dan konektivitas.
"Kemudian, dukungan terhadap peraturan pemerintah terkait peningkatan hasil ekspor sumber daya alam dan perlakuan pajak penghasilan atas devisa hasil ekspor juga diperlukan," pungkasnya.