Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Kaltim Diproyeksi Melandai di Kuartal II/2025

Inflasi Kaltim diproyeksi melandai pada kuartal II/2025 karena panen raya dan kebijakan insentif, meski tantangan cuaca dan harga beras tetap perlu diwaspadai.
Pemandangan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur./Pemkot Balikpapan
Pemandangan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur./Pemkot Balikpapan
Ringkasan Berita
  • Inflasi Kalimantan Timur diprediksi melandai pada kuartal II/2025 berkat masa panen raya komoditas pangan strategis dan kebijakan insentif fiskal.
  • Per April 2025, inflasi tahunan tercatat 1,57% yoy, turun dari 3,20% tahun sebelumnya, sementara inflasi bulanan April mencapai 0,90% mtm.
  • Risiko inflasi masih ada akibat kenaikan harga beras dan curah hujan tinggi yang dapat mempengaruhi produksi hortikultura.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BERAU — Tekanan inflasi Kalimantan Timur diprediksi melandai pada kuartal II/2025, seiring dengan berakhirnya lonjakan harga yang melanda awal tahun ini. 

Proyeksi ini menandai titik balik positif bagi stabilitas ekonomi regional yang sempat terombang-ambing.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Timur, Budi Widihartanto menyatakan, laju inflasi kuartal kedua diperkirakan berada dalam rentang target sasaran dan mengalami moderasi dibandingkan periode sebelumnya. 

Kondisi ini sejalan dengan memasuki masa panen raya berbagai komoditas pangan strategis yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah.

"Laju inflasi yang lebih rendah terutama disebabkan oleh mulai masuknya periode panen untuk beberapa komoditas pangan strategis Kaltim seperti aneka cabai dan hortikultura," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (23/7/2025).

Di sisi lain, dia menyebutkan beberapa paket kebijakan insentif fiskal seperti bantuan pangan dan diskon tarif angkutan akan mendorong penurunan inflasi kuartal II/2025. 

Menurut data yang dihimpun oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, per April 2025, inflasi tahunan tercatat 1,57% (year-on-year/yoy), mengalami penurunan tajam dari 3,20% pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Sementara itu, inflasi bulanan April mencapai 0,90% (month-to-month/mtm), melambat dari 2,02% pada bulan sebelumnya.

Namun, inflasi bulanan April masih terdorong oleh peningkatan permintaan komoditas pangan strategis menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri 2025.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tetap menjadi kontributor utama inflasi dengan andil 0,51% yoy dan laju inflasi 1,32%. 

Kendati demikian, angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan Maret 2025 yang mencapai 3,84% dengan laju 1,13%.

Di sisi lain, sektor transportasi justru menjadi penyelamat yang menahan laju inflasi lebih dalam. 

Kelompok ini mengalami deflasi 2,83% yoy dengan pangsa 0,38%, kontras dengan inflasi 0,26% pada Maret sebelumnya. Fenomena ini dipicu pemberian diskon tarif angkutan udara selama periode Idulfitri.

Selain faktor musiman, implementasi paket kebijakan insentif fiskal pemerintah turut memberikan kontribusi positif. 

Bantuan pangan dan subsidi tarif angkutan diharapkan dapat meredam tekanan inflasi secara berkelanjutan.

Meskipun prospek terlihat cerah, terdapat beberapa tantangan yang perlu diwaspadai. 

Kontraksi inflasi yang lebih dalam berpotensi terhambat oleh kenaikan harga beras, mengingat beberapa periode panen telah berakhir dan terjadi peningkatan harga Gabah Kering Giling (GKG) pada Mei 2025.

Lebih lanjut, risiko peningkatan tekanan inflasi masih mengintai dari sisi permintaan, terutama menjelang momentum Iduladha yang mendorong konsumsi masyarakat. 

Dari aspek pasokan, curah hujan intensitas menengah hingga tinggi yang diprediksi BMKG pada Juni 2025 dapat mempengaruhi produksi hortikultura yang sensitif terhadap perubahan cuaca.

Adapun, dia menuturkan prakiraan BMKG menunjukkan sebagian besar wilayah Kaltim akan mengalami curah hujan 200-500 mm per bulan dengan potensi banjir intensitas aman hingga tinggi. 

"Kondisi ini tidak terlepas dari anomali iklim global dengan Sea Surface Temperature (SST) Nino3.4 pada indeks -0,18 dan Indian Ocean Dipole (IOD) netral dengan indeks -0,15," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro