Bisnis.com, BALIKPAPAN — Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kalimantan Timur diklaim menghadapi tantangan struktural yang tidak dialami daerah lain.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltim, Budi Widihartanto menyatakan sektor UMKM di Kaltim memiliki karakteristik unik dibanding Pulau Jawa.
"Ketergantungan bahan baku impor dan kompetisi tenaga kerja dengan pertambangan menjadi tantangan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/7/2025).
Dia merinci, tantangan fundamental yang dihadapi UMKM Kaltim terbagi dalam dua kategori utama. Pertama, biaya bahan baku yang mencekik akibat ketergantungan pasokan dari luar Kalimantan, sehingga mengakibatkan struktur biaya produksi yang tidak kompetitif dibandingkan produsen di Pulau Jawa yang memiliki akses lebih mudah terhadap bahan baku.
Kedua, kompetisi tenaga kerja dengan sektor pertambangan yang menawarkan upah jauh lebih tinggi. Akibatnya, UMKM kesulitan merekrut dan mempertahankan pekerja berkualitas, sehingga produktivitas terhambat.
Solusi yang direkomendasikan meliputi pembentukan aggregator atau koperasi untuk pembelian bahan baku dalam jumlah besar guna menekan harga.
Baca Juga
Sementara itu, untuk mengatasi kompetisi tenaga kerja, UMKM perlu meningkatkan produktivitas dan penjualan agar mampu menawarkan kompensasi yang kompetitif. Budi mencontohkan, beberapa UMKM di Kabupaten Berau telah menunjukkan hasil positif.
Industri cokelat, misalnya, memanfaatkan potensi kakao berkualitas ekspor melalui inisiatif 'Rumah Cokelat Kulanta' hasil kolaborasi berbagai pihak termasuk Bank Indonesia. Selain itu, Batik Maluang telah mencapai omzet ratusan juta rupiah per bulan berkat program pembinaan intensif.
Keberhasilan tersebut dicapai melalui penerapan segmentasi pasar yang cerdas, seperti batik tulis untuk segmen premium dan campuran tulis-cap untuk segmen menengah, sehingga menjangkau pasar lebih luas. Lebih lanjut, dia menjelaskan program pengembangan kapasitas Bank Indonesia mencakup lima pilar utama.
Dimulai dari kurasi awal yang menyeleksi UMKM berdasarkan mindset dan motivasi pemilik, dilanjutkan dengan capacity building yang fokus pada peningkatan kualitas produksi dan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Ketiga adalah literasi keuangan melalui aplikasi SIAPIK untuk analisis data keuangan dan prediksi tren pasar. Keempat, pengembangan berkelanjutan dengan mendorong praktik green economy seperti penggunaan pewarna alam pada batik. Terakhir, akses permodalan untuk menjadikan UMKM lebih bankable dan mudah mendapatkan pembiayaan perbankan.