Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transformasi Ekonomi Kaltim Lewat Pelet Kayu, Ini Kata Pengamat

Transformasi ekonomi Kaltim melalui produksi pelet kayu dari lahan bekas tambang memerlukan investasi dan regulasi jelas, menurut pengamat ekonomi.
Rencana transformasi ekonomi Kalimantan Timur dari tambang ke palet kayu punya tantangan / Istimewa
Rencana transformasi ekonomi Kalimantan Timur dari tambang ke palet kayu punya tantangan / Istimewa
Ringkasan Berita
  • Transformasi ekonomi Kalimantan Timur melalui produksi wood pellet dari lahan bekas tambang batu bara memerlukan investasi baru untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) dan kejelasan regulasi.
  • Pengembangan industri wood pellet di Kaltim terhambat oleh harga jual domestik yang belum kompetitif dan penerapan regulasi zero emission yang belum ketat.
  • Bank Indonesia dan pemerintah daerah mengidentifikasi tiga sektor strategis untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan: hilirisasi produk pertanian dan kelautan, pariwisata minat khusus, dan ekonomi hijau pascatambang.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BALIKPAPAN — Gagasan mengubah lahan bekas tambang batu bara di Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi sentra produksi pelet kayu (wood pellet) kembali mencuat. 

Momentum ini dinilai sebagai opsi dalam transformasi ekonomi Kalimantan Timur. Namun, pengamat ekonomi Universitas Mulawarman, Hairul Anwar, menggarisbawahi kompleksitas proyek tersebut. 

"Untuk memproduksi pelet, dibutuhkan pasokan kayu berkelanjutan yang artinya harus ada Hutan Tanaman Industri (HTI) baru. Hal ini perlu investasi (modal) lagi," kata Hairul Anwar dalam sambungan telepon, Senin (28/7/2025).

Lebih lanjut, dia menekankan bahwa kunci sukses transformasi ke pelet kayu terletak pada kejelasan regulasi. 

"Jika pengembangan pelet kayu diwajibkan sebagai bagian dari Standar Operasional Prosedur (SOP) pengakhiran tambang, ini bisa menjadi solusi reklamasi yang efektif. Namun tanpa aturan tegas, inisiatif ini hanya akan menjadi peluang bisnis terpisah," ucap dia.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltim, Budi Widihartanto, mengungkapkan bahwa pengembangan industri pelet kayu masih tersendat. 

"Harga jual di pasar domestik belum kompetitif karena regulasi zero emission belum diterapkan secara ketat sesuai Paris Agreement," ujar Budi Widihartanto.

Di sisi lain, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah telah mengidentifikasi 3 sektor strategis dalam upaya mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan. 

Pertama, industri olahan melalui hilirisasi produk pertanian dan kelautan. Kedua, pariwisata minat khusus. 

Ketiga, ekonomi hijau pascatambang dengan memanfaatkan lahan bekas tambang untuk menanam tanaman penghasil energi seperti kaliandra dan gamal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro