Bisnis.com, BALIKPAPAN — Budi daya porang saat ini menjadi salah satu usaha pertanian dengan potensi menjanjikan di Kalimantan Timur.
Seorang pengusaha kuliner di Balikpapan, Temang Dwi HP bahkan melirik potensi porang dengan serius sejak Agustus 2020. Pasalnya, selain efek pandemi yang cukup menyulitkan bisnis kuliner, sektor pertanian juga dianggap tidak terdampak Covid-19.
"Potensi bisnisnya, satu pohon rata-rata menghasilkan 2 kilogram dalam 2 musim dan satu hektare akan menghasilkan 80 ton," ujarnya, Senin (4/1/2020).
Untuk harga kering per kilogram dapat dijual senilai Rp65.000, sedangkan untuk kondisi basah per kilogram dijual kisaran harga Rp8.000 hingga Rp15.000. Sehingga, penghasilan dari komoditas porang ini dapat mencapai Rp800 juta.
Temang mengungkapkan modal penanaman porang tergolong tinggi karena biaya bibit dan perawatan untuk pupuk cukup besar dalam satu hektare lahan dengan masa panen dua tahun.
"Satu hektare membutuhkan sekitar Rp157 juta, tapi potensinya sangat menjanjikan," katanya.
Baca Juga
Temang memaparkan penanaman dengan sistem tanam tumpang sari membutuhkan 15.000 tanaman untuk satu hektare lahan. Kemudian, sebanyak 40.000 tanaman apabila menggunakan metode penanaman tanpa tumpang sari.
Adapun, alasan Temang menanam porang adalah karena perawatan yang dianggap tidak membutuhkan waktu panjang.
"Lahan saya selama ini tidur. Dari pada tidur saya cari tanaman yang perawatannya ga rewel, mudah, kompetitif dan setelah umur 2 tahun panen lagi," pungkasnya.
Sebagai informasi, tanaman porang atau yang dikenal Amorphophallus Muelleri Blume merupakan jenis tanaman umbi-umbian. Tanaman yang memiliki kandungan glucomannan ini terdapat banyak manfaat a.l sebagai bahan baku untuk membuat penjernih air, lem, kosmetik, dan tepung.