Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Blue Economy dari Wisata Pulau Maratua

Data dari Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke Pulau Maratua terus mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
Salah satu sudut pantai dengan air jernihnya di Pulau Maratua.
Salah satu sudut pantai dengan air jernihnya di Pulau Maratua.

Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pulau Maratua di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim), menjadi salah satu destinasi ekowisata yang semakin diminati oleh wisatawan. Kunjungan wisatawan ke pulau ini terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan pesona alam dan budaya yang dimilikinya.

Ekowisata adalah pariwisata yang ramah lingkungan, mengedepankan aspek pelestarian alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan edukasi lingkungan.

Pulau Maratua memiliki semua aspek tersebut, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan dan kekayaan alam Benua Etam.

Data dari Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke Pulau Maratua terus mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.

Pada tahun 2021, saat pandemi Covid-19, tercatat 4.900 pengunjung. Pada tahun 2022, jumlahnya naik menjadi 6.000 orang lebih. Dan pada tahun 2023, jumlahnya melonjak menjadi lebih dari 19.700 orang.

“Ini artinya Maratua menjadi tujuan wisata yang menarik serta memiliki nilai-nilai ilmu pengetahuan dan pendidikan,” ujar Penjabat Gubernur Kaltim Akmal Malik di Pulau Maratua baru baru ini.

Pulau Maratua merupakan salah satu dari empat pulau yang termasuk dalam gugusan Kepulauan Derawan, yang berada di kawasan terluar Indonesia. Pulau ini juga memiliki bandara yang bisa didarati pesawat jenis ATR, meskipun saat ini jadwal penerbangannya masih terbatas.

Pulau-pulau lainnya adalah Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, dan Pulau Kakaban, dimana masing-masing pulau memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri.

Sebagai informasi, Pulau Derawan adalah pulau yang paling terkenal di kalangan wisatawan, karena memiliki pantai yang indah dan biota laut yang beragam. 

Pulau ini juga memiliki fasilitas akomodasi yang lengkap, mulai dari hotel, resort, hingga homestay.

Pulau Sangalaki adalah pulau yang menjadi kawasan konservasi penyu, yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia. Di pulau ini, wisatawan bisa melihat penyu-penyu yang bertelur, menetas, dan berenang di laut.

Kemudian, Pulau Kakaban adalah pulau yang tidak berpenghuni, namun memiliki fenomena alam yang sangat langka dan menarik. Di pulau ini, terdapat danau yang dihuni oleh ubur-ubur purba yang tidak menyengat.

Ubur-ubur ini hanya bisa ditemukan di dua tempat di dunia, yaitu Pulau Kakaban dan Kepulauan Micronesia di Pasifik.

“Dari Maratua ke Pulau Kakaban dekat, hanya sekitar 30 menit. Juga ke Pulau Sangalaki dekat, ya kurang lebih 30 menit juga, kecuali ke Pulau Derawan, sekitar satu jam,” terangnya.

Pulau Maratua memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata yang berkualitas dan memiliki berbagai fasilitas yang mendukung, seperti jaringan listrik, telekomunikasi, dan akomodasi.

Dia memaparkan, pulau ini juga memiliki berbagai aktivitas yang bisa dinikmati oleh wisatawan, seperti snorkeling, diving, bersepeda, atau sekadar bersantai.

Akmal menambahkan bahwa pemerintah daerah dan pusat akan terus berupaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan infrastruktur di Pulau Maratua, agar wisatawan bisa lebih mudah dan nyaman mengunjungi pulau ini.

"Sekarang bagaimana kita membuka akses agar lebih mudah dan cepat menjangkaunya, sambil membenahi infrastrukturnya," serunya.

Sebagaimana diketahui, Kawasan Strategi Pariwisata Propinsi 1 (KSPP 1) meliputi, Pulau Derawan, Sangalaki, Kakaban, Maratua, Kaniungan, Labuan Cermin, Museum Gunung Tabur, dan Museum Sambaliung.

Destinasi Wisata Bahari yang Menantang

Kepulauan Derawan, memang menawarkan pesona wisata bahari yang menarik dengan keindahan alam bawah lautnya. Namun, proses menuju kesana juga cukup menguras tenaga dan biaya.

Ketua DPD Asita (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) Kaltim I Gusti Bagus Putra, menyatakan tiket pesawat dari dan ke Balikpapan - Tanjung Redeb sangat mahal, tidak ada transportasi bus pariwisata reguler, dan akses jalan Samarinda ke Berau yang masih belum baik. 

“Objek wisata Derawan adalah wisata minat khusus untuk wisata diving, snorkling dan lain-lain, (tapi) untuk berwisata ke Derawan biayanya sangat mahal,” ujarnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah daerah bersama industri pariwisata telah melakukan beberapa upaya, seperti sales mission, promosi keluar daerah yang dianggap potensial, terutama yang memiliki penerbangan langsung ke Berau, Travel Mart, mengundang para buyer dan seller dalam rangka Table Top B2B dan Travel Fair, memberi pelatihan dan sertifikasi tour leader, tour guide dan lain-lain bagi pelaku wisata khususnya travel agent.

Selain itu, Putra mengungkapkan bahwa sektor yang perlu diperbaiki oleh pemerintah dan investor untuk mengembangkan Derawan adalah akses jalan, akomodasi hotel, homestay, guest house yang memperhatikan sanitasi, kebersihan, toilet, dan air bersih. 

Kemudian, kerajinan tangan yang menarik dan khas, keamanan, petunjuk obyek wisata yang jelas, dan pengelolaan sampah yang baik. 

“Dari efek domino tersebut, akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Blue Economy, Katalisator Pertumbuhan Ekonomi

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim Budi Widihartanto mengatakan bahwa blue economy dapat menjadi motor penggerak perekonomian Kaltim yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Diketahui, blue economy adalah konsep pembangunan yang berbasis pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut secara optimal dan ramah lingkungan. Sedangkan green economy adalah konsep pembangunan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial.

Menurutnya, Kaltim memiliki luas pengelolaan laut yang mencapai 25.656 km2, yang menawarkan peluang besar untuk pengembangan pariwisata bahari dan hilirisasi industri perikanan dan kelautan.

“Selain mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan blue economy juga akan mendukung ketahanan pangan Kaltim melalui ketersediaan sumber pangan bahari yang juga akan mendukung stabilitas inflasi daerah,” ujar Budi.

Dia menambahkan, untuk mendorong pembangunan berkelanjutan melalui blue economy dan green economy, diperlukan ketersediaan sumber daya alam, modal, investasi, teknologi, dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Selain itu, diperlukan pula regulasi yang akomodatif dan mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif.

“Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah hospitality, yaitu keterbukaan, kemudahan, kenyamanan, dan pelayanan terbaik yang diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam pembangunan berkelanjutan. Hospitality dapat menjadi katalisator yang mempercepat proses pembangunan blue economy dan green economy di Kaltim,” tutur Budi.

Untuk membangun sinergi dan koordinasi antara semua pemangku kepentingan dalam pembangunan berkelanjutan, Budi mengusulkan agar dibuat peta jalan atau roadmap yang memetakan isu strategis, peran dan tanggung jawab setiap pihak, timeline, dan output yang diharapkan.

“Peta jalan tersebut harus disepakati dan dikawal implementasinya bersama oleh seluruh pemangku kepentingan,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper