Bisnis.com, SAMARINDA - Kurs dolar Amerika Serikat yang menguat menembus level Rp 14.000 tak banyak memberi dampak negatif ke perekenomian Kaltim. Menguatnya dollar AS justru menguntungkan eksportir migas,batu bara, dan minyak sawit yang berdampak positif ke masyarakat Kaltim.
"Kalau Kaltim, ekspor kita masih lebih besar. Mudahan, ekonomi Kaltim secara mikro tidak terpengaruh," ujar Muhamad Nur, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Jumat (11/5/2018).
Menurut dia, naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah disebabkan faktor eksternal seperti kebijakan Bank sentral Amerika Serikat.
“Dampak tersebut tak hanya dirasakan Indonesia saja.Tapi, dirasakan juga Turki, Brazil dan India. Bahkan, dampak depresiasi rupiah kita ini lebih rendah dibanding Negara lain," kata Muhamad Nur.
Ada pun, kondisi internal perekenomian Indonesia secara makro justru sangat kondusif. Bahkan, current account defisit Indonesia masih 1,7% jauh lebih rendah ditetapkan Undang-Undang diperbolehkan sampai 7%.
"Sekarang masalahnya apa? masalahnya adalah supply dan demand. Kalau cadangan devisa sampai US$ 130 miliar dan terpakai menjadi US$ 124 miliar. Artinya, ini sangat lazim, yang memang kondisi tertentu cadangan devisa dikeluarkan untuk stabilisasi," lanjut Muhamad Nur.
Dengan dollar capai Rp 14.000, Muhamad Nur menilai saatnya Indonesia untuk memperbanyak ekspor.
"Sehingga, dollar yang masuk semakin banyak. Dan cukup untuk membayar hutang luar negeri swasta maupun pemerintah dan membayar kebutuhan produksi dengan importir," katanya.
Para eksportir batubara dari Kaltim, sangat diuntungkan dengan harga kurs Dollar mencapai Rp 14.000 dan kondisi ini tak mempengaruhi ekonomi secara mikro di Kaltim.