Bisnis.com, BALIKPAPAN - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berupaya memperkuat potensi ekspor daerah melalui optimalisasi perjanjian perdagangan internasional, di tengah tantangan penurunan permintaan batu bara akibat pergeseran global menuju energi terbarukan.
Kepala KPwBI Kaltim Budi Widihartanto menekankan urgensi diversifikasi ekonomi untuk menyiasati transisi energi yang terjadi di seluruh negara.
"Kegiatan Temu Responden merupakan event tahunan yang secara rutin diselenggarakan sebagai wadah untuk para responden/pelaku usaha di wilayah Kaltim untuk bertukar pikiran mengenai isu perekonomian terkini," kata Budi Widihartanto dalam keterangan resmi, Jumat (22/8/2025).
Dia menambahkan, kontribusi net ekspor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim mencapai 40%, yang mencerminkan ketergantungan tinggi pada perdagangan luar negeri.
Sementara itu, batu bara Kaltim mendominasi dengan porsi 60% ekspor, China sebagai pasar utama dan India di posisi kedua.
Secara nasional, Kaltim menempati peringkat kelima ekspor non-migas dan posisi ketiga dalam ekspor migas di antara 38 provinsi di Indonesia. Namun, prestasi ini terancam menghadapi sejumlah tantangan serius.
Baca Juga
Kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS) menekan kinerja industri di negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Penurunan Prompt Manufacturing Index (PMI) berdampak pada berkurangnya permintaan energi, termasuk batu bara.
Adapun, pergeseran global menuju energi baru terbarukan sejalan dengan target Net Zero Emission menurunkan permintaan batu bara, termasuk di pasar utama seperti China dan India.
Sebagai informasi, International Energy Agency (IEA) memproyeksikan ekspor batu bara termal akan menurun hingga 2026.