Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kaltim Genjot Ekspor di Tengah Ancaman Transisi Energi

Kaltim tingkatkan ekspor di tengah transisi energi global dengan diversifikasi ekonomi, meski permintaan batu bara menurun akibat pergeseran ke energi terbarukan.
Tumpukan batu bara di depan cerobong asap industri dengan latar langit biru./Bloomberg - Waldo Swiegers
Tumpukan batu bara di depan cerobong asap industri dengan latar langit biru./Bloomberg - Waldo Swiegers
Ringkasan Berita
  • KPwBI Kaltim berupaya memperkuat ekspor daerah melalui optimalisasi perjanjian perdagangan internasional di tengah penurunan permintaan batu bara akibat transisi energi global.
  • Kontribusi net ekspor terhadap PDRB Kaltim mencapai 40%, dengan batu bara mendominasi 60% ekspor, terutama ke China dan India.
  • Kaltim menghadapi tantangan dari kebijakan proteksionisme AS dan penurunan permintaan batu bara seiring pergeseran global menuju energi terbarukan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berupaya memperkuat potensi ekspor daerah melalui optimalisasi perjanjian perdagangan internasional, di tengah tantangan penurunan permintaan batu bara akibat pergeseran global menuju energi terbarukan.

Kepala KPwBI Kaltim Budi Widihartanto menekankan urgensi diversifikasi ekonomi untuk menyiasati transisi energi yang terjadi di seluruh negara.

"Kegiatan Temu Responden merupakan event tahunan yang secara rutin diselenggarakan sebagai wadah untuk para responden/pelaku usaha di wilayah Kaltim untuk bertukar pikiran mengenai isu perekonomian terkini," kata Budi Widihartanto dalam keterangan resmi, Jumat (22/8/2025).

Dia menambahkan, kontribusi net ekspor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kaltim mencapai 40%, yang mencerminkan ketergantungan tinggi pada perdagangan luar negeri. 

Sementara itu, batu bara Kaltim mendominasi dengan porsi 60% ekspor, China sebagai pasar utama dan India di posisi kedua.

Secara nasional, Kaltim menempati peringkat kelima ekspor non-migas dan posisi ketiga dalam ekspor migas di antara 38 provinsi di Indonesia. Namun, prestasi ini terancam menghadapi sejumlah tantangan serius.

Kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS) menekan kinerja industri di negara tujuan ekspor utama Indonesia. 

Penurunan Prompt Manufacturing Index (PMI) berdampak pada berkurangnya permintaan energi, termasuk batu bara.

Adapun, pergeseran global menuju energi baru terbarukan sejalan dengan target Net Zero Emission menurunkan permintaan batu bara, termasuk di pasar utama seperti China dan India. 

Sebagai informasi, International Energy Agency (IEA) memproyeksikan ekspor batu bara termal akan menurun hingga 2026.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro