Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Kaltim Terkerek Berkat 14 Perjanjian Dagang Bebas FTA

Kaltim jadi provinsi ekspor terbesar ketiga di Indonesia berkat 14 FTA, dengan batu bara sebagai komoditas utama. China, India, dan Jepang adalah mitra utama.
Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi provinsi penghasil ekspor terbesar ketiga nasional dengan nilai US$25,5 miliar pada 2024, atau berkontribusi 9,55% dari total ekspor Indonesia. / Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi provinsi penghasil ekspor terbesar ketiga nasional dengan nilai US$25,5 miliar pada 2024, atau berkontribusi 9,55% dari total ekspor Indonesia. / Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • Kalimantan Timur menjadi provinsi penghasil ekspor terbesar ketiga di Indonesia dengan nilai US$25,5 miliar pada 2024, berkat optimalisasi 14 Free Trade Agreement (FTA) bilateral.
  • Ekspor Kaltim didominasi oleh batu bara, lignit, dan minyak sawit, dengan Republik Rakyat China sebagai mitra dagang utama, sementara tren perdagangan menunjukkan pertumbuhan positif 7,54% dari 2015 hingga 2024.
  • Indonesia tengah merundingkan 9 FTA dan menjajaki 15 perjanjian lainnya, dengan fokus pada hilirisasi komoditas ekspor dan ekspansi pasar non-tradisional untuk meningkatkan daya saing dan diversifikasi pasar.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, BALIKPAPAN - Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi provinsi penghasil ekspor terbesar ketiga nasional dengan nilai US$25,5 miliar pada 2024, atau berkontribusi 9,55% dari total ekspor Indonesia. 

Negosiator Perdagangan Ahli Madya Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Heny Rusmiyati menyatakan pencapaian ini tak lepas dari optimalisasi 14 perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) bilateral yang telah dimiliki Indonesia.

"Membuka pasar non-tradisional sangat penting untuk memperluas akses ekspor sekaligus beradaptasi terhadap fluktuasi global," kata Heny Rusmiyati dalam keterangan resmi, Jumat (22/8/2025).

Dia menambahkan, ekspor Kaltim masih didominasi komoditas primer, batu bara (HS 2701) merajai dengan nilai US$16,47 miliar, disusul lignit US$ 2,28 miliar, dan minyak sawit US$ 2,24 miliar. 

Republik Rakyat China (RRC) tetap menjadi mitra dagang utama dengan nilai ekspor US$8,7 miliar, diikuti India US$3,5 miliar, dan Jepang US$2 miliar. 

Meski begitu, tren perdagangan periode 2015 hingga 2024 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 7,54%.

Data pemanfaatan Surat Keterangan Asal (SKA) menunjukkan Form E (ASEAN-China FTA) mendominasi dengan nilai US$5,8 miliar, diikuti Form D (ASEAN) US$3 miliar. 

Artinya, peluang optimalisasi perjanjian perdagangan bilateral lainnya masih terbuka.

Dia mengungkapkan Indonesia saat ini tengah merundingkan 9 FTA dan menjajaki 15 perjanjian lainnya.

Beberapa perjanjian dalam tahap penyelesaian antara lain Indonesia-EU CEPA yang telah mencapai kesimpulan politik, serta Indonesia-Peru CEPA yang baru ditandatangani 11 Agustus 2025.

Heny menekankan urgensi hilirisasi komoditas ekspor sebagai strategi peningkatan daya saing. 

"Hilirisasi komoditas ekspor meningkatkan nilai tambah produk dan daya saing, sekaligus membuka lapangan kerja baru melalui tumbuhnya industri pengolahan di daerah," katanya.

Dia menyebutkan, produk potensial untuk dikembangkan meliputi furnitur dan kerajinan kayu, fillet ikan beku, olahan rumput laut, kopi, olahan kakao, hingga minyak atsiri dari tanaman hutan. 

Selain itu, Pemerintah terus mengintensifkan upaya peningkatan daya saing ekspor melalui digitalisasi perizinan platform INATRADE dan e-Certificate of Origin. 

Heny menyebut program pelatihan SDM ekspor turut diselenggarakan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) bersama instansi terkait.

Dukungan 44 perwakilan luar negeri melalui Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) juga menjadi tulang punggung penetrasi pasar internasional. 

Trade Expo Indonesia ke-40 yang dijadwalkan pada 15-19 Oktober 2025 diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia di kancah perdagangan global.

Dia menyampaikan, semester I/2025 mencatat peningkatan ekspor Indonesia sebesar 7,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai US$ 135,4 miliar.

Capaian ini memberikan optimisme bagi pencapaian target ekspor nasional. Namun, tantangan diversifikasi pasar dan produk tetap memerlukan perhatian serius. 

Dia menuturkan ekspansi ke kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan sebagai pasar non-tradisional menjadi agenda prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada mitra dagang konvensional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro