Bisnis.com, BALIKPAPAN –– Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) dinilai harus mengubah paradigma dalam melakukan transformasi ekonomi di tengah ketergantungan Kaltim terhadap ekspor.
Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman Hairul Anwar menyatakan kinerja ekonomi Kaltim saat ini belum banyak berubah sejak tahun 2000.
“Sulawesi dan Jawa aman karena mereka andalkan pertanian dan perdagangan antar pulau. Kaltim yang mengandalkan ekspor, begitu fluktuasi harga luar biasa terjadi kita jatuh,” ujarnya, Minggu (5/6/2022).
Dia menilai, saat ini Pemprov Kaltim harus berupaya menjadikan sektor pertanian dapat terstruktur, “Artinya tidak sembarangan produksi. Kita punya lahan, jika kita penuhi pasar antar pulau bukan ekspor, [maka] kita aman-aman saja,” terang Hairul.
Ketergantungan Kaltim terhadap ekspor, membuat kinerja ekonomi fluktuatif mengikuti harga sejumlah produk, seperti batu bara dan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO).
Volume ekspor CPO Kaltim 2017-2021
Selain itu, di Kaltim harga pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah penghasil pangan. Hairul menyebutkan faktor yang membuat tingginya harga pangan adalah karena keterbatasan logistik di daerah.
“Itu yang perlu kita reduce, masyarakat sudah bergerak dengan platform digital, yang memungkinkan siapa saja berbisnis. Tapi barang yang saya kirim, misal dari Melak sudah tinggi costnya, bisa kah saya bersaing dengan produk dari daerah lain, ya tidak bisa,” katanya.
Di sisi lain, apabila keterbatasan produksi disebabkan karena tanah di Pulau Kalimantan yang tidak sama suburnya dengan Pulau Jawa, kata Hairul, hal itu menjadi peran pemerintah untuk mencari pengolahan metode tanah yang tepat sambil memberikan edukasi terkait kesuburan tanah kepada petani.
Grafik pertumbuhan ekonomi Kaltim - Ekspor
Berdasarkan data Bank Indonesia, kinerja ekspor Kaltim pada kuartal IV/2021 mengalami perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya dikarenakan permintaan negara tujuan ekspor batu bara yang terbatas.
Kinerja ekspor Kaltim tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 1,32 persen secara tahunan (yoy), setelah pada kuartal sebelumnya tumbuh sebesar 9,07 persen (yoy) di kuartal IV/2021.
Laju pertumbuhan komponen ekspor pada tahun 2021 tercatat tumbuh sebesar 2,96 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 2,20 persen (yoy).
Pulihnya permintaan dari negara tujuan utama seperti Tiongkok dan India terhadap komoditas Kaltim seperti Batu Bara dan CPO dan kembali menggeliatnya aktivitas industri dan masyarakat menjadi faktor utama kinerja ekspor Kaltim kembali positif.